Cerita Sex Dewasa Terbaru Hot: perawan

Cerita Seks Terbaru 2017 Silahkan Baca Sampai Lemas, Di Tulis dan di sadur dari kisah nyata yang beredar di mana-mana, kategori dewasa, cerita ngentot dengan cewek berjilbab hot dewasa seligkuh sekolah masih pakai seragam SMA dan SMP Update Setiap Harim

Cerita Seks Gairah Menikmati Anak Ibu Kost Yang Cantik dan Perawan

Waktu itu usiaku 23 tahun. Aku duduk di tingkat akhir suatu perguruan tinggi teknik di kota Bandung. Wajahku ganteng. Badanku tinggi dan tegap, mungkin karena aku selalu berolahraga seminggu tiga kali. Teman-¬temanku bilang, kalau aku bermobil pasti banyak cewek yang dengan sukahati menempel padaku. 

Aku sendiri sudah punya pacar. Kami pacaran secara serius. Baik orang tuaku maupun orang tuanya sudah setuju kami nanti menikah. Tempat kos-ku dan tempat kos-nya hanya berjarak sekitar 700 m. 

Aku sendiri sudah dipegangi kunci kamar kosnya. Walaupun demikian bukan berarti aku sudah berpacaran tanpa batas dengannya. Dalam masalah pacaran, kami sudah saling cium-ciuman, gumul-gumulan, dan remas-remasan. Namun semua itu kami lakukan dengan masih berpakaian. Toh walaupun hanya begitu, kalau “voltase’-ku sudah amat tinggi, aku dapat ‘muntah” juga. Dia adalah seorang yang menjaga keperawanan sampai dengan menikah, karena itu dia tidak mau berhubungan sex sebelum menikah. 



Aku menghargai prinsipnya tersebut. Karena aku belum pernah pacaran sebelumnya, maka sampai saat itu aku belum pernah merasakan memek perempuan.

Pacarku seorang anak bungsu. Kecuali kolokan, dia juga seorang penakut, sehingga sampai jam 10 malam minta ditemani. Sehabis mandi sore, aku pergi ke kosnya. Sampai dia berangkat tidur. aku belajar atau menulis tugas akhir dan dia belajar atau mengerjakan tugas-tugas kuliahnya di ruang tamu. Kamar kos-nya sendiri berukuran cukup besar, yakni 3mX6m. Kamar sebesar itu disekat dengan triplex menjadi ruang tamu dengan ukuran 3mX2.5m dan ruang tidur dengan ukuran 3mX3.5m. Lobang pintu di antara kedua ruang itu hanya ditutup dengan kain korden.

lbu kost-nya mempunyai empat anak, semua perempuan. Semua manis-manis sebagaimana kebanyakan perempuan Sunda. Anak yang pertama sudah menikah, anak yang kedua duduk di kelas 3 SMA, anak ketiga kelas I SMA, dan anak bungsu masih di SMP. Menurut desas-desus yang sampai di telingaku, menikahnya anak pertama adalah karena hamil duluan. Kemudian anak yang kedua pun sudah mempunyai prestasi. Nama panggilannya Ika. 

Dia dikabarkan sudah pernah hamil dengan pacarya, namun digugurkan. Menurut penilaianku, Ika seorang playgirl. Walaupun sudah punya pacar, pacarnya kuliah di suatu politeknik, namun dia suka mejeng dan menggoda laki-laki lain yang kelihatan keren. Kalau aku datang ke kos pacarku, dia pun suka mejeng dan bersikap genit dalam menyapaku.

lka memang mojang Sunda yang amat aduhai. Usianya akan 18 tahun. Tingginya 160 cm. Kulitnya berwarna kuning langsat dan kelihatan licin. Badannya kenyal dan berisi. Pinggangnya ramping. Buah dadanya padat dan besar membusung. 

Pinggulnya besar, kecuali melebar dengan indahnya juga pantatnya membusung dengan montoknya. Untuk gadis seusia dia, mungkin payudara dan pinggul yang sudah terbentuk sedemikian indahnya karena terbiasa dinaiki dan digumuli oleh pacarnya. Paha dan betisnya bagus dan mulus. 

Lehernya jenjang. Matanya bagus. Hidungnya mungil dan sedikit mancung. Bibirnya mempunyai garis yang sexy dan sensual, sehingga kalau memakai lipstik tidak perlu membuat garis baru, tinggal mengikuti batas bibir yang sudah ada. Rambutnya lebat yang dipotong bob dengan indahnya.

Sore itu sehabis mandi aku ke kos pacarku seperti biasanya. Di teras rumah tampak Ika sedang mengobrol dengan dua orang adiknya. Ika mengenakan baju atas ‘you can see’ dan rok span yang pendek dan ketat sehingga lengan, paha dan betisnya yang mulus itu dipertontonkan dengan jelasnya.

“Mas Bob, ngapel ke Mbak Dina? Wah… sedang nggak ada tuh. Tadi pergi sama dua temannya. Katanya mau bikin tugas,” sapa Ika dengan centilnya.

“He… masa?” balasku.

“Iya… Sudah, ngapelin Ika sajalah Mas Bob,” kata Ika dengan senyum menggoda. Edan! Cewek Sunda satu ini benar-benar menggoda hasrat. Kalau mau mengajak beneran aku tidak menolak nih, he-he-he…

“Ah, neng Ika macam-macam saja…,” tanggapanku sok menjaga wibawa. “Kak Dai belum datang?”

Pacar Ika namanya Daniel, namun Ika memanggilnya Kak Dai. Mungkin Dai adalah panggilan akrab atau panggilan masa kecil si Daniel. Daniel berasal dan Bogor. Dia ngapeli anak yang masih SMA macam minum obat saja. 

Dan pulang kuliah sampai malam hari. Lebih hebat dan aku, dan selama ngapel waktu dia habiskan untuk ngobrol. Atau kalau setelah waktu isya, dia masuk ke kamar Ika. Kapan dia punya kesempatan belajar?

“Wah… dua bulan ini saya menjadi singgel lagi. Kak Dai lagi kerja praktek di Riau. Makanya carikan teman Mas Bob buat menemani Ika dong, biar Ika tidak kesepian… Tapi yang keren lho,” kata Ika dengan suara yang amat manja. Edan si playgirl Sunda mi. Dia bukan tipe orang yang ngomong begitu bukan sekedar bercanda, namun tipe orang yang suka nyerempet-nyerempet hat yang berbahaya.

“Neng Ika ini… Nanti Kak Dainya ngamuk dong.”

“Kak Dai kan tidak akan tahu…”

Aku kembali memaki dalam hati. Perempuan Sunda macam Ika ini memang enak ditiduri. Enak digenjot dan dinikmati kekenyalan bagian-bagian tubuhnya.

Aku mengeluarkan kunci dan membuka pintu kamar kos Dina. Di atas meja pendek di ruang tamu ada sehelai memo dari Dina. Sambil membuka jendela ruang depan dan ruang tidur, kubaca isi memo tadi. ‘Mas Bobby, gue ngerjain tugas kelompok bersama Niken dan Wiwin. Tugasnya banyak, jadi gue malam ini tidak pulang. Gue tidur di rumah Wiwin. Di kulkas ada jeruk, ambil saja. Soen sayang, Dina’

Aku mengambil bukuku yang sehari-harinya kutinggal di tempat kos Di. Sambil menyetel radio dengan suara perlahan, aku mulai membaca buku itu. Biarlah aku belajar di situ sampai jam sepuluh malam.

Sedang asyik belajar, sekitar jam setengah sembilan malam pintu diketok dan luar. Tok-tok-tok…

Kusingkapkan korden jendela ruang tamu yang telah kututup pada jam delapan malam tadi, sesuai dengan kebiasaan pacarku. Sepertinya Ika yang berdiri di depan pintu.

“Mbak Di… Mbak Dina…,” terdengar suara Ika memanggil-manggil dan luar. Aku membuka pintu.

“Mbak Dina sudah pulang?” tanya Ika.

“Belum. Hari ini Dina tidak pulang. Tidur di rumah temannya karena banyak tugas. Ada apa?”

“Mau pinjam kalkulator, mas Bob. Sebentar saja. Buat bikin pe-er.”

“Ng… bolehlah. Pakai kalkulatorku saja, asal cepat kembali.”

“Beres deh mas Bob. Ika berjanji,” kata Ika dengan genit. Bibirnya tersenyum manis, dan pandang matanya menggoda menggemaskan.

Kuberikan kalkulatorku pada Ika. Ketika berbalik, kutatap tajam-tajam tubuhnya yang aduhai. Pinggulnya yang melebar dan montok itu menggial ke kiri-kanan, seolah menantang diriku untuk meremas¬-remasnya. Sialan! Kontholku jadi berdiri. Si ‘boy-ku ini responsif sekali kalau ada cewek cakep yang enak digenjot.

Sepeninggal Ika, sesaat aku tidak dapat berkonsentrasi. Namun kemudian kuusir pikiran yang tidak-tidak itu. Kuteruskan kembali membaca textbook yang menunjang penulisan tugas sarjana itu.

Tok-tok-tok! Baru sekitar limabelas menit pintu kembali diketok.

“Mas Bob… Mas Bob…,” terdengar Ika memanggil lirih.

Pintu kubuka. Mendadak kontholku mengeras lagi. Di depan pintu berdiri Ika dengan senyum genitnya. Bajunya bukan atasan ‘you can see’ yang dipakai sebelumnya. Dia menggunakan baju yang hanya setinggi separuh dada dengan ikatan tali ke pundaknya. Baju tersebut berwarna kuning muda dan berbahan mengkilat. 

Dadanya tampak membusung dengan gagahnya, yang ujungnya menonjol dengan tajam dan batik bajunya. Sepertinya dia tidak memakai BH. Juga, bau harum sekarang terpancar dan tubuhnya. Tadi, bau parfum harum semacam ini tidak tercium sama sekali, berarti datang yang kali ini si Ika menyempatkan diri memakai parfum. Kali ini bibirnya pun dipolesi lipstik pink.

“Ini kalkulatornya, Mas Bob,” kata Ika manja, membuyarkan keterpanaanku.

“Sudah selesai. Neng Ika?” tanyaku basa-basi.

“Sudah Mas Bob, namun boleh Ika minta diajari Matematika?”

“0, boleh saja kalau sekiranya bisa.”

Tanpa kupersilakan Ika menyelonong masuk dan membuka buku matematika di atas meja tamu yang rendah. Ruang tamu kamar kos pacarku itu tanpa kursi. Hanya digelari karpet tebal dan sebuah meja pendek dengan di salah satu sisinya terpasang rak buku. Aku pun duduk di hadapannya, sementara pintu masuk tertutup dengan sendirinya dengan perlahan. Memang pintu kamar kos pacarku kalau mau disengaja terbuka harus diganjal potongan kayu kecil.

“Ini mas Bob, Ika ada soal tentang bunga majemuk yang tidak tahu cara penyelesaiannya.” Ika mencari-cari halaman buku yang akan ditanyakannya.

Menunggu halaman itu ditemukan, mataku mencari kesempatan melihat ke dadanya. Amboi! Benar, Ika tidak memakai bra. Dalam posisi agak menunduk, kedua gundukan payudaranya kelihatan sangat jelas. Sungguh padat, mulus, dan indah. Kontholku terasa mengeras dan sedikit berdenyut-denyut.

Halaman yang dicari ketemu. Ika dengan centilnya membaca soal tersebut. Soalnya cukup mudah. Aku menerangkan sedikit dan memberitahu rumusnya, kemudian Ika menghitungnya. Sambil menunggu Ika menghitung, mataku mencuri pandang ke buah dada Ika. Uhhh… ranum dan segarnya.

“Kok sepi? Mamah, Ema, dan Nur sudah tidur?” tanyaku sambil menelan ludah. Kalau bapaknya tidak aku tanyakan karena dia bekerja di Cirebon yang pulangnya setiap akhir pekan.

“Sudah. Mamah sudah tidur jam setengah delapan tadi. Kemudian Erna dan Nur berangkat tidur waktu Ika bermain-main kalkulator tadi,” jawab Ika dengan tatapan mata yang menggoda.

Hasratku mulai naik. Kenapa tidak kusetubuhi saja si Ika. Mumpung sepi. Orang-orang di rumahnya sudah tidur. Kamar kos sebelah sudah sepi dan sudah mati lampunya. 

Berarti penghuninya juga sudah tidur. Kalau kupaksa dia meladeni hasratku, tenaganya tidak akan berarti dalam melawanku. Tetapi mengapa dia akan melawanku? jangan-jangan dia ke sini justru ingin bersetubuh denganku. Soal tanya Matematika, itu hanya sebagai atasan saja. 

Bukankah dia menyempatkan ganti baju, dari atasan you can see ke atasan yang memamerkan separuh payudaranya? Bukankah dia datang lagi dengan menyempatkan tidak memakai bra? Bukankah dia datang lagi dengan menyempatkan memakai parfum dan lipstik? Apa lagi artinya kalau tidak menyodorkan din?

Tiba-tiba Ika bangkit dan duduk di sebelah kananku.

“Mas Bob… ini benar nggak?” tanya Ika.

Ada kekeliruan di tengah jalan saat Ika menghitung. Antara konsentrasi dan menahan nafsu yang tengah berkecamuk, aku mengambil pensil dan menjelaskan kekeliruannya. Tiba-tiba Ika lebih mendekat ke arahku, seolah mau memperhatikan hal yang kujelaskan dan jarak yang lebih dekat. Akibatnya… gumpalan daging yang membusung di dadanya itu menekan lengan tangan kananku. Terasa hangat dan lunak, namun ketika dia lebih menekanku terasa lebih kenyal.

Dengan sengaja lenganku kutekankan ke payudaranya.

“Ih… Mas Bob nakal deh tangannya,” katanya sambil merengut manja. Dia pura-pura menjauh.

“Lho, yang salah kan Neng Ika duluan. Buah dadanya menyodok-nyodok lenganku,” jawabku.

lka cemberut. Dia mengambil buku dan kembali duduk di hadapanku. Dia terlihat kembali membetulkan yang kesalahan, namun menurut perasaanku itu hanya berpura-pura saja. Aku merasa semakin ditantang. Kenapa aku tidak berani? Memangnya aku impoten? Dia sudah berani datang ke sini malam-malam sendirian. Dia menyempatkan pakai parfum. 

Dia sengaja memakai baju atasan yang memamerkan gundukan payudara. Dia sengaja tidak pakai bra. Artinya, dia sudah mempersilakan diriku untuk menikmati kemolekan tubuhnya. Tinggal aku yang jadi penentunya, mau menyia-siakan kesempatan yang dia berikan atau memanfaatkannya. Kalau aku menyia-siakan berarti aku band!

Aku pun bangkit. Aku berdiri di atas lutut dan mendekatinya dari belakang. Aku pura-pura mengawasi dia dalam mengerjakan soal. Padahal mataku mengawasi tubuhnya dari belakang. Kulit punggung dan lengannya benar-benar mulus, tanpa goresan sedikitpun. Karena padat tubuhnya, kulit yang kuning langsat itu tampak licin mengkilap walaupun ditumbuhi oleh bulu-bulu rambut yang halus.

Kemudian aku menempelkan kontholku yang menegang ke punggungnya. Ika sedikit terkejut ketika merasa ada yang menempel punggungnya.

“Ih… Mas Bob jangan begitu dong…,” kata Ika manja.

“Sudah… udah-udah… Aku sekedar mengawasi pekerjaan Neng Ika,” jawabku.

lka cemberut. Namun dengan cemberut begitu, bibir yang sensual itu malah tampak menggemaskan. Sungguh sedap sekali bila dikulum-kulum dan dilumat-lumat. Ika berpura-pura meneruskan pekerjaannya. Aku semakin berani. Kontholku kutekankan ke punggungnya yang kenyal. Ika menggelinjang. Tidak tahan lagi. tubuh Ika kurengkuh dan kurebahkan di atas karpet. Bibirnya kulumat-lumat, sementara kulit punggungnya kuremas-remas. 

Bibir Ika mengadakan perlawanan, mengimbangi kuluman-¬kuluman bibirku yang diselingi dengan permainan lidahnya. Terlihat bahkan dalam masalah ciuman Ika yang masih kelas tiga SMA sudah sangat mahir. Bahkan mengalahkan kemahiranku.

Beberapa saat kemudian ciumanku berpindah ke lehernya yang jenjang. Bau harum terpancar dan kulitnya. Sambil kusedot-sedot kulit lehernya dengan hidungku, tanganku berpindah ke buah dadanya. Buah dada yang tidak dilindungi bra itu terasa kenyal dalam remasan tanganku. Kadang-kadang dan batik kain licin baju atasannya, putingnya kutekan-tekan dan kupelintir-pelintir dengan jari-jari tanganku. Puting itu terasa mengeras.

“Mas Bob Mas Bob buka baju saja Mas Bob…,” rintih Ika. Tanpa menunggu persetujuanku, jari-jari tangannya membuka Ikat pinggang dan ritsleteng celanaku. Aku mengimbangi, tall baju atasannya kulepas dan baju tersebut kubebaskan dan tubuhnya. Aku terpana melihat kemulusan tubuh atasnya tanpa penutup sehelai kain pun. Buah dadanya yang padat membusung dengan indahnya. 

Ditimpa sinar lampu neon ruang tamu, payudaranya kelihatan amat mulus dan licin. Putingnya berdiri tegak di ujung gumpalan payudara. Putingnya berwarna pink kecoklat-coklatan, sementara puncak bukit payudara di sekitarnya berwarna coklat tua dan sedikit menggembung dibanding dengan permukaan kulit payudaranya.

Celana panjang yang sudah dibuka oleh Ika kulepas dengan segera. Menyusul. kemeja dan kaos singlet kulepas dan tubuhku. Kini aku cuma tertutup oleh celana dalamku, sementara Ika tertutup oleh rok span ketat yang mempertontonkan bentuk pinggangnya yang ramping dan bentuk pinggulnya yang melebar dengan bagusnya. Ika pun melepaskan rok spannya itu, sehingga pinggul yang indah itu kini hanya terbungkus celana dalam minim yang tipis dan berwarna pink. 

Di daerah bawah perutnya, celana dalam itu tidak mampu menyembunyikan warna hitam dari jembut lebat Ika yang terbungkus di dalamnya. Juga, beberapa helai jembut Ika tampak keluar dan lobang celana dalamnya.

lka memandangi dadaku yang bidang. Kemudian dia memandang ke arah kontholku yang besar dan panjang, yang menonjol dari balik celana dalamku. Pandangan matanya memancarkan nafsu yang sudah menggelegak. Perlahan aku mendekatkan badanku ke badannya yang sudah terbaring pasrah. Kupeluk tubuhnya sambil mengulum kembali bibirnya yang hangat. Ika pun mengimbanginya. Dia memeluk leherku sambil membalas kuluman di bibirnya. 

Payudaranya pun menekan dadaku. Payudara itu terasa kenyal dan lembut. Putingnya yang mengeras terasa benar menekan dadaku. Aku dan Ika saling mengulum bibir, saling menekankan dada, dan saling meremas kulit punggung dengan penuh nafsu.

Ciumanku berpindah ke leher Ika. Leher mulus yang memancarkan keharuman parfum yang segar itu kugumuli dengan bibir dan hidungku. Ika mendongakkan dagunya agar aku dapat menciumi segenap pori-pori kulit lehernya.

“Ahhh… Mas Bob… Ika sudah menginginkannya dan kemarin… Gelutilah tubuh Ika… puasin Ika ya Mas Bob…,” bisik Ika terpatah-patah.

Aku menyambutnya dengan penuh antusias. Kini wajahku bergerak ke arah payudaranya. Payudaranya begitu menggembung dan padat. namun berkulit lembut. Bau keharuman yang segar terpancar dan pori-porinya. Agaknya Ika tadi sengaja memakai parfum di sekujur payudaranya sebelum datang ke sini. Aku menghirup kuat-kuat lembah di antara kedua bukit payudaranya itu. 

Kemudian wajahku kugesek-gesekkan di kedua bukit payudara itu secara bergantian, sambil hidungku terus menghirup keharuman yang terpancar dan kulit payudara. Puncak bukit payudara kanannya pun kulahap dalam mulutku. Kusedot kuat-kuat payudara itu sehingga daging yang masuk ke dalam mulutku menjadi sebesar-besarnya. Ika menggelinjang.

“Mas Bob… ngilu… ngilu…,” rintih Ika.

Gelinjang dan rintihan Ika itu semakin membangkitkan hasratku. Kuremas bukit payudara sebelah kirinya dengan gemasnya, sementara puting payudara kanannya kumainkan dengan ujung lidahku. Puting itu kadang kugencet dengan tekanan ujung lidah dengan gigi. Kemudian secara mendadak kusedot kembali payudara kanan itu kuat-kuat. 

sementara jari tanganku menekan dan memelintir puting payudara kirinya. Ika semakin menggelinjang-gelinjang seperti ikan belut yang memburu makanan sambil mulutnya mendesah-desah.

“Aduh mas Booob… ssshh… ssshhh… ngilu mas Booob… ssshhh… geli… geli…,” cuma kata-kata itu yang berulang-ulang keluar dan mulutnya yang merangsang.

Aku tidak puas dengan hanya menggeluti payudara kanannya. Kini mulutku berganti menggeluti payudara kiri. sementara tanganku meremas-remas payudara kanannya kuat-kuat. Kalau payudara kirinya kusedot kuat-kuat. tanganku memijit-mijit dan memelintir-pelintir puting payudara kanannya. Sedang bila gigi dan ujung lidahku menekan-nekan puting payudara kiri, tanganku meremas sebesar-besarnya payudara kanannya dengan sekuat-kuatnya.

“Mas Booob… kamu nakal…. ssshhh… ssshhh… ngilu mas Booob… geli…” Ika tidak henti-hentinya menggelinjang dan mendesah manja.

Setelah puas dengan payudara, aku meneruskan permainan lidah ke arah perut Ika yang rata dan berkulit amat mulus itu. Mulutku berhenti di daerah pusarnya. Aku pun berkonsentrasi mengecupi bagian pusarnya. Sementara kedua telapak tanganku menyusup ke belakang dan meremas-remas pantatnya yang melebar dan menggembung padat. 

Kedua tanganku menyelip ke dalam celana yang melindungi pantatnya itu. Perlahan¬-lahan celana dalamnya kupelorotkan ke bawah. Ika sedikit mengangkat pantatnya untuk memberi kemudahan celana dalamnya lepas. Dan dengan sekali sentakan kakinya, celana dalamnya sudah terlempar ke bawah.

Saat berikutnya, terhamparlah pemandangan yang luar biasa merangsangnya. Jembut Ika sungguh lebat dan subur sekali. Jembut itu mengitari bibir memek yang berwarna coklat tua. Sambil kembali menciumi kulit perut di sekitar pusarnya, tanganku mengelus-elus pahanya yang berkulit licin dan mulus. Elusanku pun ke arah dalam dan merangkak naik. 

Sampailah jari-jari tanganku di tepi kiri-kanan bibir luar memeknya. Tanganku pun mengelus-elus memeknya dengan dua jariku bergerak dan bawah ke atas. Dengan mata terpejam, Ika berinisiatif meremas-remas payudaranya sendiri. Tampak jelas kalau Ika sangat menikmati permainan ini.

Perlahan kusibak bibir memek Ika dengan ibu jari dan telunjukku mengarah ke atas sampai kelentitnya menongol keluar. Wajahku bergerak ke memeknya, sementara tanganku kembali memegangi payudaranya. Kujilati kelentit Ika perlahan-lahan dengan jilatan-jilatan pendek dan terputus-putus sambil satu tanganku mempermainkan puting payudaranya.

“Au Mas Bob… shhhhh… betul… betul di situ mas Bob… di situ… enak mas… shhhh…,” Ika mendesah-desah sambil matanya merem-melek. Bulu alisnya yang tebal dan indah bergerak ke atas-bawah mengimbangi gerakan merem-meleknya mata. Keningnya pun berkerut pertanda dia sedang mengalami kenikmatan yang semakin meninggi.

Aku meneruskan permainan lidah dengan melakukan jilatan-jilatan panjang dan lubang anus sampai ke kelentitnya.

Karena gerakan ujung hidungku pun secara berkala menyentuh memek Ika. Terasa benar bahkan dinding vaginanya mulai basah. Bahkan sebagian cairan vaginanya mulai mengalir hingga mencapai lubang anusnya. Sesekali pinggulnya bergetar. Di saat bergetar itu pinggulnya yang padat dan amat mulus kuremas kuat-kuat sambil ujung hidungku kutusukkan ke lobang memeknya.

“Mas Booob… enak sekali mas Bob…,” Ika mengerang dengan kerasnya. Aku segera memfokuskan jilatan-jilatan lidah serta tusukan-tusukan ujung hidung di vaginanya. Semakin lama vagina itu semakin basah saja. Dua jari tanganku lalu kumasukkan ke lobang memeknya. Setelah masuk hampir semuanya, jari kubengkokkan ke arah atas dengan tekanan yang cukup terasa agar kena ‘G-spot’-nya. Dan berhasil!

“Auwww… mas Bob…!” jerit Ika sambil menyentakkan pantat ke atas. sampai-sampai jari tangan yang sudah terbenam di dalam memek terlepas. Perut bawahnya yang ditumbuhi bulu-bulu jembut hitam yang lebat itu pun menghantam ke wajahku. Bau harum dan bau khas cairan vaginanya merasuk ke sel-sel syaraf penciumanku.

Aku segera memasukkan kembali dua jariku ke dalam vagina Ika dan melakukan gerakan yang sama. Kali ini aku mengimbangi gerakan jariku dengan permainan lidah di kelentit Ika. Kelentit itu tampak semakin menonjol sehingga gampang bagiku untuk menjilat dan mengisapnya. 

Ketika kelentit itu aku gelitiki dengan lidah serta kuisap-isap perlahan, Ika semakin keras merintih-rintih bagaikan orang yang sedang mengalami sakit demam. Sementara pinggulnya yang amat aduhai itu menggial ke kiri-kanan dengan sangat merangsangnya.

“Mas Bob… mas Bob… mas Bob…,” hanya kata-kata itu yang dapat diucapkan Ika karena menahan kenikmatan yang semakin menjadi-jadi.

Permainan jari-jariku dan lidahku di memeknya semakin bertambah ganas. Ika sambil mengerang¬-erang dan menggeliat-geliat meremas apa saja yang dapat dia raih. Meremas rambut kepalaku, meremas bahuku, dan meremas payudaranya sendiri.

“Mas Bob… Ika sudah tidak tahan lagi… Masukin konthol saja mas Bob… Ohhh… sekarang juga mas Bob…! Sshhh. . . ,“ erangnya sambil menahan nafsu yang sudah menguasai segenap tubuhnya.

Namun aku tidak perduli. Kusengaja untuk mempermainkan Ika terlebih dahulu. Aku mau membuatnya orgasme, sementara aku masih segar bugar. Karena itu lidah dan wajahku kujauhkan dan memeknya. Kemudian kocokan dua jari tanganku di dalam memeknya semakin kupercepat. 

Gerakan jari tanganku yang di dalam memeknya ke atas-bawah, sampai terasa ujung jariku menghentak-hentak dinding atasnya secara perlahan-lahan. Sementara ibu jariku mengusap-usap dan menghentak-hentak kelentitnya. Gerakan jari tanganku di memeknya yang basah itu sampai menimbulkan suara crrk-crrrk-crrrk-crrk crrrk… Sementara dan mulut Ika keluar pekikan-pekikan kecil yang terputus-putus:

“Ah-ah-ah-ah-ah…”





Description: Cerita Seks Gairah Menikmati Anak Ibu Kost Yang Cantik dan Perawan
Rating: 4.7
Reviewer: Ratna S
ItemReviewed: Cerita Seks Gairah Menikmati Anak Ibu Kost Yang Cantik dan Perawan

Cerita Sex Mendapatkan Perawan Tetanggaku Yang Sangat Cantik

cerita seks perawan, ml dengan perawan, cerita sex ml dengan perawan terbaru, cersex ddengan tetangga, crita dewasa ml dengan tetangga terbaru, cersexxx terbaru ml dengan tetangga yang lugu, tetanggaku di perawani.






Aku seorang pegawai di salah satu perusahaan swasta di kota DKI, nama aku Iwan. Aku berumur 30 tahun dengan tinggi badan 170 cm serta berat badan 65 kg dan kata cewek-cewek sih, aku memiliki wajah dan tubuh yang sangat ideal untuk seorang laki-laki bujangan. Perusahaan tempat aku kerja memberlakukan lima hari kerja yaitu setiap hari senin sampai Jumat, sehingga setiap hari sabtu aku selalu berada di rumah yang merupakan salah satu kompleks elit di kota aku itu. Setiap hari sabtu aku selalu mengisi waktu dengan melihat situs porno, majalah porno, dan menonton film pornoh yang aku sewa di salah satu rental yang berada di kompleks tersebut, dan hal itu berlangsung selama berbulan-bulan.

Suatu saat hal tersebut tidak aku lakukan lagi karena setelah aku melihat Riska anak tetangga aku yang masih duduk di kelas 1 SMP yang kira-kira berumur 12 tahun dan aku sangat terpesona dengan kemolekan tubuh anak tersebut. Riska memiliki tubuh yang indah untuk ukuran anak seumur dia dengan tinggi badan sekitar 155 cm dan berat badan sekitar 45kg serta memiliki dua bukit kembar yang berukuran sedang yang tercermin dari tonjolan padat dibalik seragam sekolah yang ketat dan tank top yang biasa dikenakannya dan yang tidak kalah menariknya lagi ia memiliki pantat yang sangat padat dan berisi yang terlihat dari rok sekolah setinggi lutut dan rok mini yang ia kenakan dan anehnya lagi aku tidak pernah melihat adanya garis CD yang ia kenakan, dan yang pasti memiawnya belum ditumbuhi bulu-bulu halus. Aku sering melihat riska kesekolah setiap hari dengan sengaja berdiri didepan rumah sebelum aku berangkat kerja atau pada sore hari sepulang kerja di saat ia sedang jalan-jalan sore di sekitar kompleks dan pada saat itu aku selalu memandangi riska dengan sangat tajam dan penuh nafsu namun ia tak menyadarinnya dan sampai suatu hari riska mulai menyadarinya dan mulai membalas tatapan aku dengan mata yang sangat menggoda.

Sejak kejadian itu aku selalu terbayang-bayang dengan kemolekan riska setiap usai bekerja namun bukannya aku jatuh cinta padanya tapi aku suka akan kemolekan tubuhnya dan sangat bernafsu untuk mencicipinnya, tetapi nafsu birahi tersebut aku tahan dan aku lampiaskan dengan hanya memandangi tubuhnya dari balik pagar pada sore hari disaat ia sedang berjalan-jalan dikompleks. Riska selalu menggunakan tank top dan rok mini setiap akan berjalan- jalan disekitar kompleks bersama kakak dan sepupunya (Yani yang sedang kuliah smst 2 dan Neni yang duduk di sma kls 3) dan ini dia lakukan setiap sore. Seperti biasanya pada sore hari setiap pulang kerja aku selalu menunggu riska untuk memandangi tubuhnya, tetapi pada saat itu aku heran karena riska hanya sendiri saja berjalan dengan sangat santai dan seperti biasa pula ia hanya memakai tank top yang pada saat itu berwarna kuning dan rok mini berwarna putih tembus pandang dan yang tidak terlalu ketat.

Dengan sangat nafsu aku tatap dia dari balik pagar dan dia pun membalasnya dan tanpa aku sangka-sangka riska menuju ke pintu pagar rumah aku, dan dalam hati aku bertanya mungkin dia akan marah karena aku selalu menatapnya, tetapi hal tersebut tidak terjadi, dia malah tersenyum manis sambil duduk dideket didepan pagar rumah aku yang membuat nafsu aku semakin tinggi karena dengan leluasa aku dapat memandangi tubuh riska dan yang lebih mengasikan lagi ia duduk dengan menyilangkan pahannya yang membuat sebagian roknya tersingkap disaat angin meniup dengan lembutnya namun ia diam dan membiarkan saja.

Dengan penuh nafsu dan penasaran ingin melihat tubuh riska dari dekat maka aku dekati dia dan bertannya “Duduk sendirian nih boleh aku temanin,” dengan terkejut riska mambalikan wajahnya dan berkata “eh…… boooboleh.” Aku langsung duduk tepat di sampingnya dikarenakan deker tersebut hanya pas untuk dua orang.

Dan untuk mengurangi kebisuan aku bertannya pada riska “Biasanya bertiga, temennya mana..?”, dengan terbata-bata riska berkata “Gi.. gini om, mereka i.. itu bukan temen aku tetapi kakak dan sepupu aku.” aku langsung malu sekali dan kerkata “Sorry.” kemudia riska menjelaskan bahwa kakak dan sepupunnya lagi ke salah satu mal namannya MM. Riska mulai terlihat santai tetapi aku semakin tegang jantungku semakin berdetak dengan kerasnya dikarenakan dengan dekatnya aku dapat memandangi paha mulus riska ditambah lagi dua bukit kembarnya tersembul dari balik tank topnya apabila dia salah posisi.

Diam-diam aku mencuri pandang untuk melihatnya namun dia mulai menyadarinya tetapi malah kedua bukit kembarnya tersebut tambah diperlihatkannya keaku yang membuat aku semakin salah tingkah dan tampa sengaja aku menyentuh pahanya yang putih tanpa ditutupi oleh rok mininya karena tertiup angin yang membuat riska terkejut dan riskapun tidak marah sama sekali sehingga tangan aku semakin penasaran dan aku dekapkan tangan aku ke pahanya dan dia pun tidak marah pula dan kebetulan pada saat itu langitpun semakin gelap sehingga aku gunakan dengan baik dengan perlahan-lahan tangan kiri aku yang berada di atas pahanya aku pindahkan ke pinggannya dan meraba-raba perutnya sambil hidungku aku dekatkan ketelingannya yang membuat riska kegelian karena semburan nafasku yang sangat bernafsu dan mata ku tak berkedip melihat kedua bukit kembarnya yang berukuran sedang

Tanpa aku sadari tangan kiri aku telah menyusup kedalam tank top yang ia gunakan menuju kepunggunya dan disana aku menemukan sebuah kain yang sangat ketat yang merupakan tali BH nya dan dengan sigapnya tangan aku membuka ikatan BH yang dikenakan riska yang membuat tangan aku semakin leluasa ber gerilya dipunggunya dan perlahan- lahan menyusup kebukit kembarnya serta tangan kanan aku membuka ikatan tali BH riska yang berada di lehernya dan dengan leluasa aku menarik BH riska tersebut keluar dari tank topnya karena pada saat itu riska mengggunakan BH yang biasa digunakan bule pada saat berjemur. Setelah aku membuka BHnya kini dengan leluasa tangan aku meraba, memijit dan memelintir bukit kembarnya yang membuat riska kegelian dan terlihat pentil bukit kembarnya telah membesar dan berwarna merah dan tanpa ia sadari ia berkata “Terusss.. nikmattttt.. Ommmm……….. ahh.. ahhhh….”

Dan itu membuat aku semakin bernafsu, kemudian tangan aku pindahkan ke pinggannya kembali dan mulai memasukannnya ke dalam rok mini yang ia kenakan dengan terlebih dahulu menurunkan res yang berada dibelakang roknya, kemudian tangan aku masukan kedalam rok dan CDnya dan meremas-remas bokongnya yang padat dan berisi dan ternyata riska memakai CD model G string sehingga membuat aku berpikir anak SMP kayak dia kok sudah menggunakan G string tetapi itu membuat pikiranku selama ini terjawab bahwa riska selama ini menggunakan G string sehingga tidak terlihat adanya garis CD.

Lima menit berlalu terdengar suara riska “Ahh.. terusss Om… terusss.. nikmattttt.. ahh.. ahhhh…” hanya kalimat itu yang keluar dari mulut riska pada saat aku menyentuh dan memasukan jari tengan aku ke dalam memiawnya yang belum ditumbuhi bulu-bulu tersebut dari belakang dan aku pun makin menggencagkan seranganku dengan mengocok memiawnya dengan cepat. Tiba-tiba pecahlah rintihan nafsu keluar dari mulut Riska. “Ouuhhh..

Ommmm.. terus.. ahhh.. ahhhhhhhhh.. ahhhhhhhhhhhhhh..” riska mengalami orgasme untuk yang pertama kali. Setelah riska mengalami orgasme aku langsung tersentak mendengar suara beduk magrib dan aku menghentikan seranganku dan membisikan kata-kata ketelinga riska “Udah dulu ya..” dengan sangat kecewa riska membuka matanya dan terlihat adanya kekecewaan akibat birahinya telah sampai dikepala dan aku menyuruhnya pulang sambil berkata “Kapan-kapan kita lanjutkan lagi,” ia langsut menyahut “Ya om sekarang aja tanggung nih, lihat memiaw aku udah basah..” sambil ia memegang memiawnya yang membuat aku berpikir anak ini tinggi juga nafsunya dan aku memberinya pengertian dan kemudian ia pulang dengan penuh kekecewan tanpa merapikan tank top dan roknya yang resnya masih belum dinaikan namun tidak membuat rok mininya turun karena ukuran pingganya yang besar, tetapi ada yang lebih parah ia lupa mengambil BH nya yang aku lepas tadi sehingga terlihat bukit kembarnya bergoyang-goyang dan secara samar-samar terlihat putting gunung kembarnya yang telah membesar dan berwarna merah dari balik tank topnya yang pastinya akan membuat setiap orang yang berpapasan dengannya akan menatapnya dengan tajam penuh tanda tanya.

Setelah aku sampai di rumah aku langsug mencium BH riska yang ia lupa, yang membuat aku semakin teropsesi dengan bentuk gunung kembarnya dan dapat aku bayangkan dari bentuk BH tersebut. Sejak kejadian sore itu, lamunanku semakin berani dengan menghayalkan nikmatnya bersetubuh dengan riska namun kesempatan itu tak kunjung datang dan yang mengherankan lagi riska tidak pernah berjalan-jalan sore lagi dan hal tersebut telah berlangsung selama 1 minggu sejak kejadian itu, yang membuat aku bertanya apakah dia malu atau marah atas kejadian itu, sampai suatu hari tepatnya pada hari sabtu pagi dan pada saat itu aku libur, cuaca sangat gelap sekali dan akan turun hujan, aku semakin BT maka kebiasaan aku yang dulu mulai aku lakukan dengan menonton film porno, tapi aku sangat bosan dengan kaset tersebut.

Hujanpun turun dengan derasnya dan untuk menghilangkan rasa malas dan bosan aku melangkah menuju keteras rumah aku untuk mengambil koran pagi, tapi setibanya didepan kaca jendela aku tersentak melihat seorang anak SMP sedang berteduh, ia sangat kedinginan dikarenakan bajunya basah semuannya yang membuat seluruh punggunya terlihat termasuk tali BH yang ia kenakan. Perlahan-lahan nafsuku mulai naik dan aku perhatikan anak tersebut yang kayaknya aku kenal dan ternyata benar anak tersebut adalah Riska, dan aku berpikir mungkin dia kehujanan saat berangkat sekolah sehingga bajunya basah semua. Kemudian aku mengatur siasat dengan kembali ke ruang tengah dan aku melihat film porno masih On, maka aku pun punya ide dengan megulang dari awal film tersebut dan akupun kembali ke ruang tamu dan membuka pintu yang membuat riska terkejut.

Pada saat riska terkejut kemudia aku bertannya pada dia “Lo riska ngak kesekolah nih?” dengan malu- malu riska menjawab “Ujan om..” aku langsung bertannya lagi “Ngak apa-apa terlambat.” “Ngak apa-apa om karena hari ini ngak ada ulangan umum lagi.” riska menjawab dan aku langsung bertannya “Jadi ngak apa-apa ya ngak kesekolah?”. “Ia om”, riska menjawab dan dalam hati aku langsung berpikir bahwa selama ini riska tidak pernah kelihatan karena ia belajar untuk ulangan umum, dan inilah kesempatan yang aku tunggu- tunggu dan aku langsung menawarinya untuk masuk kedalam dan tanpa malu-malu karena udah kedingin dia langsung masuk kedalam ruang tamu dan langsung duduk dan pada saat itu aku memperhatikan gunung kembarnya yang samar- samat tertutupi BH yang terlihat dari balik seragam sekolahnya yang telah basah sehingga terlihat agak transparan. Melihat riska yang kedinginan, maka aku menawari dia untuk mengeringkan badannya di dalam dan dia pun setuju dan aku menunjukan sebuah kamar di ruang tengah dan aku memberi tahu dia bahwa di sana ada handuk dan baju seadannya. Dengan cepat riska menuju ke ruang tengah yang disana terdapat TV dan sedang aku putar film porno, hal tersebut membuat aku senang, karena riska telah masuk kedalam jebakanku dan berdasarkan perkiraan aku bahwa riska tidak akan mengganti baju tetapi akan berhenti untuk menonton film tersebut.

Setelah beberapa lama aku menunggu ternyata riska tidak kembali juga dan akupun menuju keruang tengah dan seperti dugaanku riska menonton film tersebut dengan tangan kanan di dalam roknya sambil mengocok memiawnya dan tangan kiri memegang bukit kembarnya. Aku memperhatikan dengan seksama seluruh tingkah lakunya dan perlahan-lahan aku mengambil handy cam dan merekam seluruh aktivits memegang dan mengocok memiaw dan bukit kembarnya yang ia lakukan sendiri dan rekaman ini akan aku gunakan untuk mengancamnya jika ia bertingkah. Setelah merasa puas aku merekamnya. Aku menyimpan alat tersebut kemudian aku dekati riska dari belakang. Aku berbisik ketelinga riska, enak ya, riska langsung kaget dan buru- buru melepaskan tangannya dari memiaw dan bukit kembarnya, aku langsung menangkap tangannya dan berbisik lagi “Teruskan saja, aku akan membantumu.” kemudian aku duduk dibelakang riska dan menyuruh riska untuk duduk di pangkuanku yang saat itu penisku telah menegang dan aku rasa riska menyadari adanya benda tumpul dari balik celana yang aku kenakan.
Dengan perlahan-lahan, tanganku aku lingkarkan keatas bukit kembarnya dan ciumanku yang menggelora mencium leher putih riska, tangan kananku membuka kancing baju riska satu demi satu sampai terlihat bukit kembarnya yang masih ditutupi BH yang bentuknya sama pada saat kejadian yang sore lalu.

Riska sesekali menggelinjat pada saat aku menyentuh dan meremas bukit kembarnya namun hal tersebut belum cukup, maka aku buka sebagian kancing baju seragam yang basah yang digunakan riska kemudian tagan kiri aku masuk ke dalam rok riska dan memainkan bukit kecilnya yang telah basah dan pada saat itu rok yang ia gunakan aku naikan ke perutnya dengan paksa sehingga terlihat dengan jelas G string yang ia gunakan. Aku langsung merebahkan badannya diatas karpet sambil mencium bibir dan telinganya dengan penuh nafsu dan secara perlahan-lahan ciuman tersebut aku alihkan ke leher mulusnya dan menyusup ke kedua gunung kembarnya yang masih tertutup BH yang membuat riska makin terangsang dan tanpa dia sadari dari mulutnya mengeluarkan desahan yang sangat keras. “Ahhhhh terussssssss Omm…….. terusssssss…. nikmattttttt….. ahh…. ahhhhhhhhhhh……. isap terus Om.. Ahhhh…….. mhhhhhhhh. Omm…” Setelah lama mengisap bukit kembarnya yang membuat pentil bukit kembarnya membesar dan berwarna merah muda, perlahan- lahan ciuman aku alihkan ke perutnya yang masih rata dan sangat mulus membuat riska tambah kenikmatan. “Ahh ugggh…. uuhh…. agh…. uhh…. aahh”.

Mendengar desahan riska aku makin tambah bernafsu untuk mencium memiawnya, namun kegiatanku di perut riska belum selesai dan aku hanya menggunakan tangan kiri aku untuk memainkan memiawnya terutama klitorisnya yang kemudian dengan menggunakan ketiga jari tangan kiri aku, aku berusaha untuk memasukan kedalam memiaw riska, namun ketiga jari aku tersebut tidak pas dengan ukuran memiawnya sehingga aku mencoba menggunakan dua jari tetapi itupun sia-sia yang membuat aku berpikir sempit juga memiaw anak ini, tetapi setelah aku menggunakan satu jari barulah dapat masuk kedalam memiawnya, itupun dengan susah payah karena sempitnya memiaw riska.

Dengan perlahan-lahan kumaju mundurkan jari ku tersebut yang membuat riska mendesah. “Auuuuuggggkkkk…” jerit Riska. “Ah… tekan Omm.. enaaaakkkkk…terusssss Ommm…” Sampai beberapa menit kemudia riska mendesah dengan panjang. “Ahh ugggh…, uuhh…, agh…, uhh…, aahh”, yang membuat riska terkulai lemah dan aku rasa ada cairan kental yang menyempor ke jari aku dan aku menyadari bahwa riska baru saja merasakan Orgasme yang sangat nikmat. Aku tarik tangan aku dari memiawnya dan aku meletakan tangan aku tersebut dihidungnya agar riska dapat mencium bau cairan cintannya.

Setelah beberapa saat aku melihat riska mulai merasa segar kembali dan kemudian aku menyuruh dia untuk mengikuti gerakan seperti yang ada di film porno yang aku putar yaitu menari striptis, namun riska tampak malu tetapi dia kemudian bersedia dan mulai menari layaknya penari striptis sungguhan. Perlahan-lahan riska menanggalkan baju yang ia kenakan dan tersisa hanyalah BH seksinya, kemudian disusul rok sekolahnya yang melingkar diperutnya sehingga hanya terlihat G string yang ia kenakan dan aku menyuruhnya menuju ke sofa dan meminta dia untuk melakukan posisi doggy, riska pun menurutinya dan dia pun bertumpuh dengan kedua lutut dan telapak tangannya.

Dengan melihat riska pada posisi demikian aku langsug menarik G string yang ia kenakan ke arah perutnya yang membuat belahan memiawnya yang telah basah terbentuk dari balik G string nya, dan akupun mengisap memiawnya dari balik G string nya dan perlahan-lahan aku turunkan G string nya dengan cepat sehingga G string yang riska kenakan berada di ke dua paha mulusnya, sehingga dengan leluasa dan penuh semangat aku menjilat, meniup, memelintir klitorisnya dengan mulut aku.

“Aduh, Ommm…! Pelan-pelan dong..!” katanya sambil mendesis kesakitan Riska menjatuhkan tubuhnya kesofa dan hanya bertumpuh dengan menggunakan kedua lututnya. Aku terus menjilati bibir memiawnya, klitorisnya, bahkan jariku kugunakan untuk membuka lubang sanggamanya dan kujilati dinding memiawnya dengan cepat yang membuat riska mendesah dengan panjang. “Uhh…, aahh…, ugghh…, ooohh”. “Hmm…, aumm…, aah…, uhh…,ooohh…, ehh”. “Oooom…, uuhh…” Riska menggeliat- geliat liar sambil memegangi pinggir sofa. “Ahhh… mhhh… Omm…” demikian desahannya. Aku terus beroperasi dimemiawnya. Lidahku semakin intensif menjilati liang kemaluan Riska. Sekali-sekali kutusukkan jariku ke dalam memiawnya, membuat Riska tersentak dan memiawik kecil. Kugesek-gesekkan sekali lagi jariku dengan memiawnya sambil memasukkan lidahku ke dalam lubangnya. Kugerakkan lidahku di dalam sana dengan liar, sehingga riska semakin tidak karuan menggeliat.

Setelah cukup puas memainkan vaginanya dengan lidahku dan aku dapat merasakan vaginanya yang teramat basah oleh lendirnya aku pun membuka BH yang dikenakan riska begitupun dengan G string yang masih melingkar dipahanya dan aku menyuruh di untuk duduk disofa sambil menyuruh dia membuka celana yang aku gunakan, tetapi riska masih malu untuk melakukannya, sehingga aku mengambil keputusan yaitu dengan menuntun tanggannya masuk ke balik celana aku dan menyuruh dia memegang penis aku yang telah menegang dari tadi. Setelah memegang penis aku, dengan sigapnya seluruh celana aku (termasuk celana dalam aku) di turunkannya tanpa malu-malu lagi oleh riska yang membuat penis aku yang agak besar untuk ukuran indonesia yaitu berukuran 20 cm dengan diameter 9 cm tersembul keluar yang membuat mata riska melotot memandang sambil memegangnya, dan aku meminta riska mengisap penis aku dan dengan malu-malu pula ia mengisap dan mengulum penis aku, namun penisku hanya dapat masuk sedalam 8 cm dimulut riska dan akupun memaksakan untuk masik lebih dalam lagi sampai menyentuh tenggorokannya dan itu membuat riska hampir muntah, kemudian ia mulai menjilatinya dengan pelan- pelan lalu mengulum-ngulumnya sambil mengocok-ngocoknya, dihisap- hisapnya sembari matanya menatap ke wajahku, aku sampai merem melek merasakan kenikmatan yang tiada tara itu.
Cepat-cepat tangan kananku meremas bukit kembarnya, kuremas-remas sambil ia terus mengisap-isap penisku yang telah menegang semakin menegang lagi.

Kemudian aku menyuruh riska mengurut penisku dengan menggunakan bukit kembarnya yang masih berukuran sedang itu yang membuat bukit kembar riska semakin kencang dan membesar. Dan menunjukan warna yang semakin merah.

Setelah puas, aku rebahkan tubuh riska disofa dan aku mengambil bantal sofa dan meletakan dibawan bokong riska (gaya konvensional) dan aku buka kedua selangkangan riska yang membuat memiawnya yang telah membesar dan belum ditumbuhi bulu-bulu halus itu merekah sehingga terlihat klitorisnya yang telah membesar. Batang penisku yang telah tegang dan keras, siap menyodok lubang sanggamanya. Dalam hati aku membatin, “Ini dia saatnya… lo bakal habis,riska..!” mulai pelan-pelan aku memasukkan penisku ke liang surganya yang mulai basah, namun sangat sulit sekali, beberapa kali meleset, hingga dengan hati-hati aku angkat kedua kaki riska yang panjang itu kebahu aku, dan barulah aku bisa memasukan kepala penisn aku, dan hanya ujung penisku saja yang dapat masuk pada bagian permukaan memiaw riska. “Aduhhhhhh Omm.. aughhhhghhhhh… ghhh… sakit Omm…” jerit Riska dan terlihat riska menggigit bibir bawahnya dan matanya terlihat berkaca-kaca karena kesakitan. Aku lalu menarik penisku kembali dan dengan hati2 aku dorong untuk mencoba memasukannya kembali namun itupun sia-sia karena masih rapatnya memiaw riska walaupun telah basah oleh lendirnya.

Dan setelah beberapa kali aku coba akhirnya sekali hentak maka sebagian penis aku masuk juga. Sesaat kemudian aku benar-benar telah menembus “gawang” keperawanan riska sambil teriring suara jeritan kecil.

“Oooooohhhhgfg….. sa… kiiiit…. Sekkkallliii…. Ommmmm….”, dan aku maju mundurkan penis aku kedalam memiaw riska “Bless, jeb..!” jeb! jeb! “Uuh…, uh…, uh…, uuuh…”, ia mengerang. “Auuuuuggggkkkk…” jerit Riska. “Ommm Ahh…, matt.., maatt.., .ii… aku…” Mendengar erangan tersebut aku lalu berhenti dan membiarkan memiaw riska terbiasa dengan benda asing yang baru saja masuk dan aku merasa penis aku di urut dan di isap oleh memiaw riska,namun aku tetap diam saja sambil mengisap bibir mungilnya dan membisikan “Tenang sayang nanti juga hilang sakitnya, dan kamu akan terbiasa dan merasa enakan.” Sebelum riska sadar dengan apa yang terjadi, aku menyodokkan kembali penisku ke dalam memiaw riska dengan cepat namun karena masih sempit dan dangkalnya nya memiaw riska maka penisku hanya dapat masuk sejauh 10 cm saja, sehingga dia berteriak kesakitan ketiga aku paksa lebih dalam lagi. “Uhh…, aahh…, ugghh…, ooohh”. “Hmm…, aumm…, aah…, uhh…, ooohh…, ehh”.

“Ooommm…,sakkkitt…… uuhh…, Ommm…,sakitttt……….. ahh”. “Sakit sekali………… Ommm…, auhh…, ohh…” “Riska tahan ya sayang”. Untuk menambah daya nikmat aku meminta riska menurunkan kedua kakinya ke atas pinggulku sehingga jepitan memiawnya terhadap penisku semakin kuat.. Nyaman dan hangat sekali memiawnya..! Kukocok keluar masuk penisku tanpa ampun, sehingga setiap tarikan masuk dan tarikan keluar penisku membuat riska merasakan sakit pada memiawnya. Rintihan kesakitannya semakin menambah nafsuku. Setiap kali penisku bergesek dengan kehangatan alat sanggamanya membuatku merasa nikmat tidak terkatakan.

Kemudian aku meraih kedua gunung kembar yang berguncang-guncang di dadanya dan meremas-remas daging kenyal padat tersebut dengan kuat dan kencang, sehingga riska menjerit setinggi langit. Akupun langsung melumat bibir riska membut tubuh riska semakin menegang. “Oooom…., ooohh…, aahh…, ugghh…, aku…, au…, mau…, ah…, ahh…, ah…, ah…, uh…, uhh”, tubuh riska menggelinjang hebat, seluruh anggota badannya bergetar dan mengencang, mulutnya mengerang, pinggulnya naik turun dengan cepat dan tangannya menjambak rambutku dan mencakar tanganku, namun tidak kuperdulikan. Untunglah dia tidak memiliki kuku yang panjang..! Kemudian riska memeluk tubuhku dengan erat. Riska telah mengalami orgasme untuk yang kesekian kalinya. “Aaww…, ooww…, sshh…, aahh”, desahnya lagi. “Aawwuuww…, aahh…, sshh…, terus Ommm, terruuss…, oohh” “Oohh…, ooww…, ooww…, uuhh…, aahh… “, rintihnya lemas menahan nikmat ketiga hampir 18 cm penisku masuk kedalam memiawnya dan menyentuh rahimmnya. “Ahh…, ahh…, Oohh…” dan, “Crrtt…, crtr.., crt…, crtt”, air maninya keluar. “Uuhh… uuh… aduh.. aduh… aduhh.. uhh… terus.. terus.. cepat… cepat aduhhh..!” Sementara nafas saya seolah memburunya, “Ehh… ehhh… ehh..” “Uhhh… uhhh…. aduh… aduh… cepat.. cepat Ommm… aduh..!” “Hehh.. eh… eh… ehhh..” “Aachh… aku mau keluar… oohh… yes,” dan… “Creeet… creeet… creeet…” “Aaaoooww… sakit… ooohhh… yeeaah… terus… aaahhh… masukkin yang dalam Ommm ooohhh… aku mau keluar… terus… aahhh… enak benar, aku… nggak tahaaan… aaakkhhh…”

Setelah riska orgasme aku semakin bernafsu memompa penisku kedalam memiawnya, aku tidak menyadari lagi bahwa cewek yang aku nikmati ini masih ABG berumur 12 tahun. Riska pun semakin lemas dan hanya pasrah memiawnya aku sodok. Sementara itu … aku dengarkan lirih … suara riska menahan sakit karena tekanan penisku kedalam liang memiawnya yang semakin dalam menembus rahimnya. Aku pun semakin cepat untuk mengayunkan pinggulku maju mundur demi tercapainya kepuasan. Kira-kira 10 menit aku melakukan gerakan itu. Tiba-tiba aku merasakan denyutan yang semakin keras untuk menarik penisku lebih dalam lagi, dan.. “Terus.., Omm.., terus.. kan..! Ayo.., teruskan… sedikit lagi.., ayo..!” kudengar pintanya dengan suara yang kecil sambil mengikuti gerakan pinggulku yang semakin menjadi. Dan tidak lama kemudian badan kami berdua menegang sesaat, lalu.., “Seerr..!” terasa spermaku mencair dan keluar memenuhi memiaw riska, kami pun lemas dengan keringat yang semakin membasah di badan.

Aku langsung memeluk riska dan membisikan “Kamu hebat sayang, apa kamu puas..?” diapun tersenyum puas, kemudian aku menarik penis aku dari memiawnya sehingga sebagian cairan sperma yang aku tumpahkan di dalam memiawnya keluar bersama darah keperawanannya, yang membuat nafsuku naik kembali, dan akupun memompa memiaw riska kembali dan ini aku lakukan sampai sore hari dan memiaw riska mulai terbiasa dan telah dapat mengimbagi seluruh gerakanku dan akupun mengajarinya beberapa gaya dalam bercinta. Sambil menanyakan beberapa hal kepadanya “Kok anak SMP kaya kamu udah mengenakan G string dan BH seksi” riska pun menjelaskannya “bahwa ia diajar oleh kakak dan sepupunya” bahkan katanya ia memiliki daster tembus pandang (transparan). Mendengar cerita riska aku langsung berfikir adiknya saja udah hebat gimana kakak dan sepupunya, pasti hebat juga.

Kapan-kapan aku akan menikmatinya juga. Setelah kejadian itu saya dan riska sering melakukan seks di rumah saya dan di rumahnya ketika ortu dan kakanya pergi, yang biasanya kami lakukan di ruang tamu, kamar tidur, kamar mandi, meja kerja, meja makan, dapur., halaman belakang rumah dengan berbagai macam gaya dan sampai sekarang, apabila saya udah horny tinggal telepon sama dia dan begitupun dengan dia. Riska sekarang telah berumur 14 tahun dan masih suka dateng mengunjungi rumah saya, bahkan riska tidak keberatan bila aku suruh melayani temen-temen aku dan pernah sekali ia melayani empat sekaligus temen-temen aku yang membuat riska tidak sadarkan diri selama 12 jam, namun setelah sadar ia meminta agar dapat melayani lebih banyak lagi katanya. Yang membuat aku berpikir bahwa anak ini maniak sex, dan itu membuat aku senang karena telah ada ABG yang memuaskan aku dan temen-temen.




Description: Cerita Sex Mendapatkan Perawan Tetanggaku Yang Sangat Cantik
Rating: 4.7
Reviewer: Ratna S
ItemReviewed: Cerita Sex Mendapatkan Perawan Tetanggaku Yang Sangat Cantik

Kisah Nikmatnya Memek Gadis Desa Yang Kutiduri - [Part 5]

Cerita Seks ML dengan gadis desa terbaru 2017, september. xxx cerita seks terbaru. gaddis ddesa yang lugu. memek legit gaddis desa. gadis desa yang perawan, cerita sex 2017.




Kini kokom beralih posisi dengan lilis, kokom mulai memacu batang kontolku naik turun dengan irama yg cukup cepat, sementara kini lilis yg berganti menempatkan memeknya dimulutku.


Hingga beberapa menit kami melakukan aksi seperti itu, sampai akhirnya kokom memberikan perintah untuk sesi berikutnya.

" Aku rasa sudah cukup untuk sesi terapi yang ini pak... selanjutnya bapak turun dari meja ini.." perintahnya padaku, yg langsung kuturuti.

Sejurus kemudian kokom dan lilis memposisikan diri menungging secara berjejer diatas meja makan, pantat keduanya yg montok dan putih tampak bulat dan begitu menggoda serasi dengan sepatu hak tinggi yg dikenakannya sehingga tampak begitu menantang.

" Sekarang bapak entot memek kami dari belakang secara bergantian, dimulai dari suster terlebih dahulu.." ujar kokom.

Segera kuposisikan diriku berdiri menghadap bokong lilis yg berada dalam posisi menungging ditepi meja makan, kupegang buah pantatnya dengan kedua tanganku, kuremas sesaat, seksi sekali kulihat lilis saat itu dengan posisi menungging sementara pipi kirinya bertumpu pada meja sambil mulutnya menghisap-hisap jari telunjuk kanannya, suatu ekspresi yg menggemaskan bagiku.

Kuarahkan batang kontolku yg sudah mengacung tegang keubang memeknya yg sudah basah, blesss.. tanpa banyak kesulitan masuklah dengan mudahnya batang kontolku menembus liang senggamanya diikuti dengan lenguh manja lilis yg merasakan nikmatnya hantaman kontolku.

Segera kupompa pinggulku maju mundur, nikmat kurasakan batang kontolku berpenetrasi didalam liang memek lilis dalam posisi doggie style seperti ini, kulihat mata lilis mulai separuh terpejam sambil mulutnya terus mengulum-ngulum dengan manja jari telunjuknya, disertai dengan erangan nikmat yg keluar dari mulutnya.

" Mmmmmm... uuuuhhh.... Terrruuuss..paaaakk... entotin terus memek saya paaakkk...aaahh.." erangnya lilis sambil jari telunjuknya masih berada didalam mulutnya.

Sementara kokom yg juga masih dalam posisi menungging disamping lilis memberikan support kepadaku untuk lebih semangat menghantam lubang memek lilis.

" iya terus pak.. lebih kuat pak.. supaya otot-otot dan peredaran darah bapak cepat kembali normal... nah..bagus, begitu pak.. bapak memang jagoan deh.. suster sampai terbuai tuh pak..." oceh kokom yg membuatku semakin bersemangat menghujami kontolku.

Sekitar lima menit sudah aku menghantam memek lilis dari belakang, kini kokom menyuruhku untuk melakukan hal yg sama kepadanya.

" Ayo sudah..sudah.. sekarang gantian memek saya yang bapak entot, saya juga udah kepingin lho pak..." ujar kokom genit sambil mengerlingkan sebelah matanya.

Segera kulepaskan tancapan kontolku dari lubang memek lilis, yg langsung kuberalih kearah kokom dan tanpa banyak basa-basi segera kutancapkan kelubang memek kokom dan langsung kugoyang maju mundur, pantatnya yg besar dan putih membuatku gemas hingga sambil pinggulku bergerak maju mundur kuremas bokong kokom dengan keras.

" Aaaahhh... terus hantam yg kuat pakk...uuuuhhhh... sedaaaapppp...." Erang kokom

" Ayo suster kamu hisap-hisap puting susu saya... " perintah kokom kepada lilis, yg segera dituruti oleh lilis dengan bergeser kearah buah dada kokom, lalu lilis merebahkan dirinya telentang sehingga wajahnya berada tepat dibawah buah dada kokom yg besar dan bergelantung, sejurus kemudian dikulumnya puting susu ibunya itu.

Semakin terangsang aku melihat adegan lilis mengulum-ngulum puting susu kokom, sementara kokom kulihat semakin "on fire" merasakan dua organ sensitifnya yaitu memek dan teteknya yg mendapatkan sentuhan yg membuatnya merasa nikmat, hingga hanya sekitar tiga menit aku menghujamkan batang kontolku keluarlah lenguhan panjang dari mulutnya yg menandakan dirinya telah mencapai puncak kenikmatan.

" Aaaaaaaaaaaaahhh.... Eeennnaaaaaaakkkkkkkk....." lenguhnya dengan suara sedikit parau.

Setelah mendapatkan puncak kenikmatannya kulihat kokom hanya diam tak bereaksi saat pan tatku terus menghujami lubang memeknya yg sudah sangat basah itu.

" Ayo pak..sekarang bapak entotin suster aja, bu dokter sudah kecapean tuh..." pinta lilis sambil menarik lenganku, segera kucabut batang kontolku yg masih menancap dalam memek kokom.


Aku beralih pada lilis yg kini dalam posisi mengangkang, langsung kuhujamkan batang kontolku kedalam lubang memeknya dan kupompakan maju mundur dengan kecepatan tinggi sehingga tubuhnya tampak bergoyang-goyang maju mundur seirama dengan gerakan pinggulku.

" aaahhh... iya pak, terus entotin memek suster biar bapak cepet sembuh ya pak..." ujar lilis, yg membuatku semakin terangsang sehingga kutundukan kepalaku kearah wajahnya dan kulumat bibir seksinya sehingga kami saling berpagutan dengan liar.

Telah lima menit aku menggarap lilis, kini kedua kaki lilis melingkari pinggulku dengan kuat, sepertinya lilis telah hampir mencapai puncak, hembusan nafasnya kurasakan begitu hangat dan matanya setengah terpejam hanya menyisakan putihnya saja.

Hingga akhirnya lilis melenguh tertahan namun tak banyak kata yg keluar dari mulutnya yg kusumbat dengan mulutku, tubuhnya menggelinjang, jepitan kedua kakinya yg melingkar dipinggulku semakin kuat kurasakan, dan gerakannya semakin liar, hingga akhirnya lilis terdiam setelah selesai menikmati proses datangnya puncak kenikmatan pada dirinya itu.

Kokom yg tadi hanya terdiam setelah mencapai orgasme, kini telah bangkit dari posisi telungkupnya.

" Sudah pak, suster sudah capek tuh... sekarang bapak tiduran telentang lagi disini ya... kita akan lakukan simulasi terapi selanjutnya.." ujar kokom.

Segera kuturuti perintah kokom, kembali kurebahkan tubuhku diatas meja makan untuk menunggu aksi kokom selanjutnya.

" Kali ini bapak ngentot lubang anus saya ya pak... ini salah satu sesi yg paling penting bagi proses penyembuhan bapak..." ujar kokom, seraya dikulumnya beberapa saat batang kontolku yg berdiri tegak untuk kemudian dia berjongkok mengangkangiku, sambil menggenggam kontolku dengan tangan kanannya lalu diarahkannya kelubang anusnya dan blesss... masuklah batang kontolku dalam anus kokom, seraya kokom mulai memompakannya naik turun dengan posisi WOT.

" Gimana, enak kan pak, kontol bapak ngentotin lubang anus saya..? " ujar kokom sambil terus menggoyangkan pantatnya naik turun.

" Iya dokter nikmat sekali dokter..." jawabku

" Apanya yg nikmat pak..? " tanya kokom lagi

" Lubang anus dokter nikmat sekali .." jawabku lagi

Kira-kira empat menit kokom memompakan batang kontolku didalam anusnya, tiba-tiba kokom menghentikan goyangannya, namun batang kontolku tetap masih berada dalam lubang anusnya.

" Sekarang bapak lihat kearah memek saya ya pak.." ujar kokom sambil menggosok-gosok bagian atas memeknya, kutatap kearah memek kokom sebagaimana yg diperintahkannya.

" Terus perhatikan pak, apa yg akan keluar dari memek saya...." Ujarnya lagi

Kutatap terus kearah memek kokom, dan tiba-tiba ssrrrrrrr... muncratlah air kencing kokom kearah wajahku, dengan posisi anus kokom masih tetap tertancap batang kontolku dengan posisi WOT. Rupanya sesi kali ini adalah memberikan terapi semprotan air seni kearah wajahku.

" Minum air kencing saya pak.. dan gunakan untuk membasuh wajah bapak, ini sangat penting bagi proses penyembuhan bapak..." ujar kokom sambil menggosok-gosokan tangan kanannya dibagian atas memeknya, sementara air seninya terus menyemprot dengan deras kearah wajahku, sebagian masuk langsung kearah mulutku yg langsung kureguk, dan sebagian besar membasuhi wajahku yg juga kuhusap-husap bagaikan orang yg sedang membasuh wajahnya dengan air.

Beberapa saat kemudian habislah pancuran air seni kokom yg keluar, kini wajah, rambut dan badanku basah kuyup oleh semprotan air seni kokom.

Sejurus kemudian kokom mencabut keluar batang kontolku yg masih bersarang didalam lubang duburnya.

" Bagaimana rasanya air kencing saya... ?" tanya kokom dengan mendekatkan wajahnya kearah telingaku.

" Sedap dok.. segar.. " jawabku

" Baik, kali ini bapak mengentot lubang anus suster ya pak.." ujar kokom

" Suster coba sekarang kamu nungging..." perintahnya kepada lilis, yg segera diikuti oleh lilis yg menungging diatas meja makan.

" Ayo pak, tunggu apa lagi, langsung entot lubang anus suster..." perintah kokom, dan langsung kuikuti.

Kutancapkan batang kontolku kedalam lubang anus lilis dan langsung kugoyang maju mundur, kulihat lilis mendesah menikmati lubang duburnya yg disodomi oleh batang kontolku.

" Zzzzzzzzzz.... Uuuuuuhhhh.... Terussss pak enakkk... terus entotin lubang dubur saya, aaahhh.." gumam lilis, yg membuatku semakin terangsang.

Hingga beberapa menit kemudian tubuhku mengejang, puncak kenikmatan rasanya telah menjalari sekujur tubuhku dan akhirnya, crottt....croottt.... tumpahlah air maniku yg cukup banyak dikarnakan sudah satu minggu belum mendapatkan penyaluran.

" Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhh.... Sedaaaaaaaaaappppp...." Ujarku, mengekspresikan kenikmatan birahi yg kualami.

Dan akhirnya aku terdiam, hanya sesekali aku menggelinjang dikarnakan masih ada satu dua tetes air maniku yg rasanya masih keluar memenuhi lubang anus lilis yg masih dalam posisi menungging.

Kulihat ditangan kokom telah memegang piring kecil, kemudian memerintahkan aku untuk melepaskan tancapan batang kontolku dalam dubur lilis.

" Ayo pak, sekarang bapak cabut kontol bapak dari lubang anus suster..." perintahnya sambil memposisikan piring yg dipegangnya dibawah pantat lilis, aku segera menarik batang kontolku keluar dari dalam anus lilis.

" Ayo, susuter sekarang kamu bangun, kamu jongkok pelan-pelan..." perintahnya kepada lilis.

Secara perlahan dan hati-hati lilis bangkit dari posisi menunggingnya, kali ini dia berjongkok diatas meja makan dengan posisi bagaikan orang sedang buang air besar, sementara kokom menempatkan piring yg dipegangnya tepat dibawah pantat lilis.

" Oke suster, sekarang kamu keluarkan sperma bapak ini yg tertampung didalam anusmu itu..." perintah kokom.

Kulihat lilis berkonsentrasi, diam sejenak bagaikan menunggu sesuatu, lalu plupp..plupp.. tumpahlah secara bertahap air maniku yg bersemayam didalam anusnya kedalam piring, hingga tak ada lagi tetesan yg keluar dari lubang anusnya.

" Coba kamu korek lagi lubang anusmu suster, mungkin masih ada yg tersisa didalamnya.." perintah kokom, yg diikuti oleh lilis dengan memasukan jari telunjuknya, dicolok-coloknya beberapa saat didalam anusnya dan dikeluarkannya kembali, benar saja seperti yg dikatakan kokom, begitu jari telunjuk lilis dicabut keluar mengalirlah sisa-sisa spermaku yg masih bersemayam didalam anusnya, sehingga membuat piring yg menjadi tampungan sepermaku itu cukup banyak tertampung dengan spermaku.

" Sudah, cukup suster.. " seraya diraihnya piring yg sudah berisikan air maniku itu, didekatkannya kearah hidungnya, lalu dihirupnya bagaikan sedang menghirup aroma makanan.

" Mmmmm... nikmatnya aromanya..." ujarnya dengan mata terpejam.

" Kemari suster, kita nikmati bersama santapan lezat ini... " ujarnya kepada lilis, sambil merapatkan tubuhnya dengan lilis.

" Maaf ya pak... yang ini khusus untuk saya dan suster, nanti giliran bapak masih ada lagi..." ujar kokom padaku

Dengan lahap kokom dan lilis memakan air maniku, pertama-tama dengan jari telunjuk yg mereka fungsikan sebagai sendok untuk kemudian dikulumnya jari telunjuknya yg telah dilumuri oleh sperma dari piring itu, merasa kurang puas dengan cara itu, akhirnya disruput dengan mulutnya yg ditempelkan langsung pada permukaan piring srrryyuuffff.... terdengar suara seruputan mulutnya yg langsung ditelannya sampai tandas, hingga tinggal tersisa sedikit mereka menjilati sisa-sisa air maniku yg masih melekat pada permukaan piring, yg selanjutnya diakhiri dengan saling berpilin lidah antara ibu dan anak itu, sungguh atraksi yg menurutku sangat sensasional dan menggairahkan untuk kutonton.


Selesai dengan aksi mereka itu, kokom mengambil gelas yg sebelumnya memang sudah disiapkan

" Coba suster, sekarang kamu kencing, lalu kamu tampung semua air kencingmu dengan gelas ini.." perintah kokom pada lilis, dan segera diikuti oleh lilis yg duduk berjongkok diatas meja makan, sementara kokom yg sudah turun dari atas meja makan berdiri sambil memegangi gelas yg berada tepat dibawah memek lilis.

Lilis diam sejenak, mula-mula keluar beberapa tetes air seni, selanjutnya soorrrrr... diikuti dengan keluarnya air seni lilis yg cukup deras yg seluruhnya tertampung dalam gelas yg dipegang kokom, hingga gelas bir yg lumayan besar itu nyaris terisi penuh oleh air kencing lilis. Seraya kokom menghampiriku dengan membawa gelas yg berisi air kencing itu.

" Sekarang bapak habiskan air kencing suster ini.. ini merupakan sesi terapi yg paling penting, jadi bapak harus minum sampai habis..." ujarnya sambil menyodorkan gelas kearahku.

Gelas berisi penuh air kencing itu kini berada ditanganku, kuhirup sejenak aroma khasnya, aroma yg membuatku semakin terangsang, selanjutnya ghlok..ghlok..ghlok... kuminum semua isi dalam gelas itu sampai tandas, penuh rasanya perutku ini, berkali-kali aku bersendawa.

Mungkin untuk orang lain hal yg kulakukan ini terbilang jorok dan nyeleneh, bahkan mungkin ada yg menganggap sebagai kelakuan orang abnormal, namun tidak begitu bagiku, aku sungguh menikmati permainan ini, begitupun kedua wanitaku ini, sehingga kami melakukannya dengan enjoy dan fun, dan menurut aku itu sehat-sehat saja. Bertambah gandrung aku dengan kegemaranku yg nyeleneh ini setelah aku membaca artikel kesehatan tentang manfaat urine untuk kesehatan.

Dalam artikel itu disebutkan manfaat terapi urin untuk kesehatan, yg menurut ahli Urinoterapi (Dr. Iwan T. Budiarso. MSC ) yg juga merupakan pakar patologi dan parasitologi alumnus universitas Purdue, Indiana, USA, bahwa urin mengandung mineral,vitamin,enzim,hormon,asam amino,antibody dan masih banyak zat-zat yg bermanfaat lainnya.

Dan urine merupakan obat alami terbaik yg dihasilkan oleh tubuh, Sehingga urine menjadi minuman ajaib yg berkhasiat bagaikan air suci, yg menurut para peneliti mancanegara dapat menyembuhkan berbagai penyakit, diantaranya adalah: penyakit kanker prostat,asma,hepatitis,hipertensi,kencing manis,jantung koroner,wasir,rematik ,dll.

Dan untuk kesehatan urine baik juga dikonsumsi oleh orang sehat satu gelas setiap pagi setelah bangun tidur.

Bahkan menurut informasi, kini telah diproduksi sekitar 20 macam obat paten dari ekstrak air seni, dalam bentuk pil atau kapsul, dan dijual dengan resep dokter.
Namun akan lebih baik lagi bila air seni itu dikunsumsi langsung dalam keadaan fresh, artinya kita minum langsung setelah keluar dari "sumbernya".

Dengan mengetahui informasi tentang itu, seolah-olah kegemaranku yg sebelumnya hanyalah having-fun dalam kenikmatan seks, dan waktu itu aku masih menganggap sebagai sesuatu yg tidak umum, kini seolah mendapatkan legalitas, sehingga kami semakin sering melakukannya, karna lilis dan kokompun telah kujelaskan pula manfaat air kencing bagi kesehatan, sehingga merekapun sangat antusias mengkunsumsi air kencingku.



Hari itu sudah mulai petang, saat itu kami sudahi dulu permainan kami untuk sore itu, kokom mulai membersihkan dan merapikan sekitar area tempat dia "praktek" tadi, untuk kemudian kami mandi lalu dilanjutkan dengan makan malam, untuk malam harinya kami masih melakukan "permainan" kami yg lain, yaitu main sekolah-sekolahan, lalu pada keesokan harinya kami memainkan lakon tentara-tentaraan, dan masih banyak lagi selama 3 hari kokom dan lilis menginap dirumahku, sebelum akhirnya pada rabu sore sepulangnya aku dari tempat kerja mereka memintaku untuk diantar pulang kedesa X, dengan alasan kasihan abah sendirian dirumah.

Dan hingga saat ini hubungan kami masih tetap berlanjut, entah sampai kapan...



Description: Kisah Nikmatnya Memek Gadis Desa Yang Kutiduri - [Part 5]
Rating: 4.7
Reviewer: Ratna S
ItemReviewed: Kisah Nikmatnya Memek Gadis Desa Yang Kutiduri - [Part 5]

Kisah Menikmati Bergilir Tubuh Gadis Desa Yang Montok-Montok Nikmat - [Part 4]

cerita sex enikmati tubuh gadis desa, gadis desa lugu yang nikmat,cerita terbaru ml dengan gadis desa, gads desa ml, sensasi memek gadis desa perawan. lugunya gadis desa tentan sex.




Index Cerita sex dengan gadis desa:


Sore itu aku dan lilis berjalan-jalan disekitar desa, sambil menikmati indahnya senja di persawahan yg tak jauh dari rumah lilis.

Setelah lelah kami berjalan, kami duduk direrumputan dipinggir sawah, tampak begitu indah kulihat pemandangan persawahan dari sini, terutama pada senja itu, dengan matahari yg hanya tinggal beberapa saat lagi tenggelam dibalik gunung salak yg menjadi latar belakang persawahan itu, dengan cahayanya yg merah keemasan menyinari air sungai yg melingkar ditepi persawahan, air sungai tampak berkilat bagaikan emas, serasi dengan pohon-pohon kelapa yg tumbuh dipinggirnya yg menambah keindahan senja itu, suatu lukisan alam dengan komposisinya yg begitu sempurna.

Tak kurelakan momen yg indah itu untuk berlalu begitu saja dari hadapanku, seraya kukeluarkan ponselku, dan kuabadikan dengan kamera photonya, namun hasilnya tak seperti yg kuinginkan, ternyata hasil photo dari kamera ponsel memang kurang memuaskan, semestinya aku membawa kamera DSLR yg kutinggal dirumah, dengan kamera itu aku dapat mengatur diaprahgma,shutter speed,ISO, dan beberapa pengaturan yg lainnya, sehingga bisa menghasilkan gambar sesuai dengan keinginanku, terutama efek siluet yg kuinginkan untuk momen sunset seperti ini.

"Pulang yuk mas, udah mahgrib nih..? " ajak lilis, dan kamipun pulang. Sepanjang perjalanan yg menyusuri pematang sawah sesekali kami menjumpai petani yg baru pulang bekerja dengan senyumnya yg ramah kepada kami, berhenti beberapa saat untuk kemudian berbincang-bincang dengan lilis dengan menggunakan bahasa daerah yg tak sepenuhnya kumengerti, untuk kemudian kami lanjutkan lagi perjalanan pulang.

Hari mulai sedikit gelap, dilangit kulihat burung-burung mulai pulang kesarangnya, seolah melakukan pergantian shift dengan kelelawar yg justru baru keluar dari sarang mereka setelah tidur sepanjang siang hari. Lapat-lapat terdengar suara azan mahgrib dari desa sebelah, ya, dari masjid atau surau didesa sebelah, bukan dari desa ini, karna didesa X ini memang tak ada satupun masjid atau surau, begitupun gereja dan tempat ibadah lainnya, sehingga masyarakat didesa lain sering mengatakan bahwa desa X ini sebagai desa yg jauh dari tuhan, kampung kafir, kampungnya orang gak bermoral, atau apalah lagi sebutan mereka, sehingga desa X ini menjadi desa yg tersisih dan terisolir, bahkan dalam pembangunanpun desa ini juga terdiskriminasikan, dan tidak terjangkau atau tepatnya tidak ingin dijangkau oleh aparatur pembangunan, sebagai contoh adalah jalan, sewaktu dari Jakarta kesini tadi, kami melintasi jalan didesa sebelah yg jalannya sudah beraspal, namun begitu telah tiba memasuki wilayah desa X ini, aspal itu terputus sampai disitu, sehingga mobil temanku harus menyusuri jalan tanah yg becek, itu baru salah satu contoh, belum lagi dengan fasilitas yg lainnya seperti puskesmas, sekolah dll, disitu tak tersedia, sehingga untuk keperluan itu warga desa X harus mendapatkannya ke desa lain.

pernah suatu hari seorang camat berkunjung kedesa itu untuk sekedar bersosialisasi dengan penduduk sekitar, namun apa yg didapat, cemo'oh dan hujatanlah yg diterimanya dari warga dan beberapa tokoh masyarakat, dianggap camat yg mendukung kemaksiatan lah, camat kafir lah, dan buntut-buntutnya beberapa bulan kemudian sang camat sudah berganti orang, konon dituntut mundur oleh warga, semenjak itu aparat birokrasi seolah enggan untuk menjamah desa itu, dan desa itu mungkin dianggap tak ada didalam tata wilayah daerah.

Bukan sekali dua beberapa tokoh agama berusaha untuk mengubah pola hidup mereka, baik dengan pendekatan yg halus atau radikal, namun sama sekali tak membawa hasil, mereka tak bisa merubah apapun dari desa itu, desa X tetap berjalan dengan iramanya sendiri, irama yg menurut mereka benar, mereka menjalankan hidup mereka sesuai dengan hati dan rasa mereka, yg berpedoman dengan tidak merugikan diri sendiri, diri orang lain, dan juga alam, itulah irama yg mereka jalankan, irama yg sederhana sebenarnya.

Dengan pola pemikiran dikehidupan mereka yg seperti itu, walaupun tidak tertulis, namun mereka menjalaninya dengan konsisten, dan itu telah ter mind-set dalam pikiran mereka semenjak mereka lahir. Dengan demikian praktis memang didesa itu tak pernah terjadi pencurian, perkelahian, apalagi tawuran antar warga, karna berpulang dari prinsip mereka itu tadi, yaitu tidak ingin melakukan tindakan yg merugikan diri sendiri dan merugikan orang lain, tidak juga merugikan alam. Hal itu memang kurasakan tadi saat jalan berkeliling desa dengan lilis, disitu kurasakan betapa masyarakatnya begitu ramah, senyum dan tegur sapa selalu kutemukan dari wajah-wajah mereka, dan mereka saling menghargai satu sama lain.



 Akhirnya kami sampai dirumah, makan malam telah tersedia dibalai-balai bambu, tak jauh berbeda menunya dengan siang tadi, menu yg menggoda selera, dan seperti tadi siang pula dua piring nasi kandas didalam perutku.

Selaesai makan kami duduk bersantai diruang tengah sambil menonton tv, lilis berbaring dilantai yg beralaskan tikar pandan, sedang pak engkos duduk dikursi sambil tak henti-hentinya merokok, bagaikan asap cerobong kereta api yg senantiasa mengepul tak putus-putus, kulihat asbak dimeja disampingnya hampir penuh oleh puntung rokok keretek. Sementara aku duduk dikursi panjang semacam sofa, hanya tak layak untuk disebut sofa karna hanya terbuat dari kayu dan tanpa plitur, juga tak ada busa sebagai pelapisnya, dan kokom entah kemana, mungkin sedang sibuk mencuci piring sisa makan malam kami.

Beberapa menit kemudian kokom muncul dengan dua gelas berisikan kopi panas, satu untuk pak engkos suaminya itu, dan yg satu untuk ku.

" Ayo diminum, mumpung masih panas.." ujarnya, seraya dihempaskan dirinya duduk disampingku.

" Masih panas diminum, bisa melepuh dong mulut saya mih.." ujarku menggoda, yg dibalas oleh cubitan kokom diperutku.

Untuk beberapa saat kami cukup serius menyaksikan tayangan sepakbola piala AFF antara kesebelasan Indonesia melawan Laos, hingga keseriusan kami terhenti sejenak setelah dibunyikannya pluit oleh sang wasit pertanda babak pertama telah usai, untuk sementara kesebelasan kesayangan kita unggul 2-0.

Sementara menunggu babak kedua dimulai, kokom yg duduk satu kursi denganku mulai merapatkan tubuhnya padaku, mula-mula diusap-usapnya pahaku, lalu tangan itu terus merayap menyentuh-nyentuh kontolku, hingga "adik kecilku" itu terbangun.

" Wah, mas hendi kontolnya mulai bangun nih..." goda kokom, lilis yg sedang berbaring menengok sesaat kearah kami.

" Aduuuhh..penganten baru, mesra terus nih, belum puas nih dari tadi.." goda lilis

Tak enak hati juga aku, karna pak engkos masih ada disitu, aku hanya senyum-senyum saja, canggung dengan pak engkos.

Seolah paham dengan yg aku rasakan, pak engkos beranjak dari situ.

" Abah mau tidur dulu ya, ngantuk nih.." ujarnya, sebenarnya aku yakin pak engkos belum mengantuk, terlihat begitu antusiasnya tadi dia menyaksikan pertandingan dibabak pertama, dan tentu sudah tidak sabar lagi untuk menyaksikan babak kedua.

Sepeninggalan pak engkos aku menjadi lebih leluasa, kukecup bibir kokom yg masih asik memijit-mijit batang kontolku yg masih terbungkus celana pendek, koni kokom menarik celana pendekku dan mencampakkannya dilantai sehingga batang kontolku menyembul keluar setengah tegak, kokom turun dari kursi disampingku, kini dia berjongkok dengan wajahnya menghadap keselangkanganku, digenggamnya batang kontolku, dijilatinya dengan lembut sekujur kontolku mulai dari lubang pipisku, sampai kebiji pelirku, nikmat kurasakan hingga aku mendesah, tak kuhiraukan ocehan-ocehan lilis yg terus menggoda kami.

Kini kokom mulai mengulum batang kontolku, kepalanya bergerak maju mundur dengan berirama, sementara tangan kanannya digunakan untuk menggenggam pangkal batang kontolku, tangan kirinya digunakan untuk meremas-remas kantong pelirku.

Tampaknya lilis tak tahan melihat aksi kami, dilucutinya seluruh pakaiannya hingga kini lilis benar-benar bugil, lilis naik dan berdiri diatas kursi yg aku duduki, dikangkanginya wajahku, sehingga memeknya tepat berada diwajahku, sementara kedua tangannya bertumpu pada dinding kayu yg berada tepat dibelakang kursi,.

" Ayo mas, jilatin memek lilis mas.. mas hendi curang ya, tadi ngentot sama mamih lilis enggak diajak.." ujarnya manja, dengan rakus segera ku"makan" memek yg ada dihadapanku itu, kujilati seluruh areanya, tak terkecuali dinding bagian dalamnya kukerek-korek dengan lidahku.

" Zzzzzz..aaaaahhh enak mas..terus jilatin memek lilis mas..." gumamnya

Tampaknya birahi lilis semakin tinggi ditandai dengan memeknya yg mulai basah, asin-asin gurih kurasa cairan pelumas yg mulai membaluri memeknya. Kini lilis menggosok-gosokan dan menekan-nekan memeknya dengan kasar kewajahku, sampai-sampai belakang kepalaku terbentur-bentur dinding kayu dibelakang kursi.

Beberapa saat kemudian lilis turun dari kursi, kini lilis memposisikan dirinya menungging dilantai yg beralaskan tikar pandan.

" Ayo mas, entot lilis mas..biar mamih nanti saja, kan mamih tadi sudah..." ujarnya.

Kusuruh kokom untuk "merelakan" kontolku keluar dari hisapan mulutnya, kuhampiri lilis yg menungging, kupegang batang kontolku dengan tangan kanan, dan bless.. masuklah kontolku kedalam memeknya yg sudah basah oleh cairan birahi, bersamaan dengan itu pula dari pesawat televisi pluit babak kedua pertandingan sepakbola berbunyi, bertanda pertandingan segera dilanjutkan, begitu juga dengan pertandinganku dengan kedua wanita-wanita yg cantik dan seksi ini.

Kupompakan pantatku maju mundur mendobrak pertahanan lilis, begitu juga dengan pertandingan sepakbola ditv pemain-pemain Indonesia mulai menggebrak pertahanan laos dengan gencar.

Hingga beberapa menit kemudian lilis mencabut kontolku dari memeknya , lalu dia mendekatiku

" Mas, lilis ingin lubang dubur lilis dientot, seperti yg difilm tadi, boleh ya mas..mas hendi mau kan ngentotin dubur lilis..mau ya mas..? " pintanya memelas, seolah begitu memohon

" Sudah tentu sayang, mas akan dengan senang hati ngentotin lubang dubur lilis.." ujarku seraya kukecup bibirnya dengan mesra.

Mendengar jawabanku lilis tampak begitu senang, sambil memekik kegirangan digoyang-goyangkannya tubuhnya seolah seperti menari.

" Horeeee...asik, mas hendi mau ngentotin lubang dubur lilis, makasih ya mas hendi..." ujarnya sambil diciuminya bibirku berkali-kali.

Kini lilis kembali denganposisi menungging, kujilati sebentar lubang anusnya, kuludahi beberapa kali, kuraih kepala kokom agar dia mengoral kontolku, dioralnya batang kontolku oleh kokom, setelah itu kusuruh kokom untuk membaluri batang kontolku dengan air ludahnya, setelah kurasa cukup banyak air ludah membaluri kontolku dan kupikir itu cukup sebagai pelumas didalam lubang anus lilis nanti.

Kuarahkan batang kontolku tepat kelubang anus lilis, dan bless..masuklah ujung kontolku kedalam lubang anus lilis, terlihat dari pesawat tv bola menjebol gawang laos, gol tambahan untuk tim Indonesia,tepat bersamaan dengan masuknya kontolku kedalam anus lilis.

" Aaaaahhh... agak sakit mas, pelan-pelan.. " erang lilis pelan

" Enggak apa-apa lis, sakitnya cuma sebentar koq..sebentar lagi kamu pasti keenakan.." ujarku

Mulailah kudorong lebih kedalam batang kontolku hingga tandas seluruh batang kontolku memasuki lubang anusnya, lilis masih merintih, lalu mulai kupompakan maju mundur, namun tak terlalu cepat, aku paham anus lilis belum familier dengan gesekan-gesekan.

Hingga beberapa saat kemudian kulihat lilis mulai enjoy, kini lilis mulai dapat menikmati penetrasi dari lubang anusnya, itu ditandakan dengan senyum yg mulai menghiasi wajahnya, yg sebelumnya merintih kesakitan kini berganti dengan merintih nikmat.

" Zzzzzzz...aaaaahhh.. enak mas, ternyata sekarang enak mas.. aaahh nikmaaaattt.." gumamnya.

Sementara kokom yg sebelumnya hanya bengong menyaksikan aksi sodomiku dengan lilis, kini dia mendekatiku dan berkata setengah berbisik ditelingaku.

" Mas hendi, sambil ngentotin dubur lilis, mas hendi jilatin juga dubur mamih ya mas..biar mas hendi puas dapat sekaligus dua lubang dubur hi..hi..hi.." ujarnya, sebuah ucapan vulgar yg membuatku semakin bergairah, kukecup bibirnya.

" Iya mih..ayo mih, aku jilatin lubang dubur mamih, cepet mih.." ujarku tak sabar

Kini kokom bangkit berdiri, dia berdiri mengangkangi lilis yg menungging, posisinya membelakangiku, sehingga pantatnya tepat berada dihadapanku, seraya disibaknya lubang anusnya dengan kedua tangannya, sehingga memperlihatkan lubang anusnya yg menganga dengan warna agak kemerahan, begitu bernafsu aku melihatnya.

" Ayo mas, jilatin lubang dubur mamih..." pintanya manja

Segera dengan rakus kijilati lubang anusnya yg menganga, nikmat kurasakan, sebuah sensasi yg luar biasa, batang kontolku menyodomi anus lilis, sementara mulutku menikmati anus ibunya, wuiihh..mantap, sungguh berkah, pikirku.

Sementara lilis semakin liar, lilis yg untuk pertama kalinya melakukan sodomi rupanya dia merasa mendapatkan kenikmatan tersendiri yg tidak dirasakan saat penetrasi dengan lubang memeknya.

"Aaaaaahhhh...enak mas..terus mas, entotin lubang dubur lilis mas, rasanya nikmat, terasa sampai ke ulu hati aaaahhh..." oceh lilis, sambil tangan kirinya mengobel-ngobel lubang memeknya.

Semakin bersemangat aku memompakan kontolku menghujami anus lilis, yg sebelumnya aku memompakannya hanya dengan pelan, kini telah dengan kecepatan penuh, hingga tubuh lilis ikut terguncang-guncang.


Sementara makin rakus aku menjilati lubang anus mamih, sesekali kusedot anus itu, atau kubenamkan wajahku kedalamnya, sehingga wajahku menyusup masuk kedalam belahan bokongnya yg besar dan montok itu.

" Zzzzzz...uuuuhhh... terus mas..terus jilatin lubang dubur mamih mas, lubang pantat mamih, lubang tai mamih..hi..hi..hi.." ujarnya

Hingga beberapa menit kemudian tubuh lilis tampak mulai mengejang, semakin sepat lubang memeknya dikocok-kocok dengan jari-jarinya, rupanya lilis telah sampai pada puncak birahinya

" Aaaaaaaahhhhh....lilkis keluar maaaaaaaasssss...." Setelah teriakan keras yg terakhir itu tubuh lilis terdiam, klimaks untuk yg pertama kalinya dalam kenikmatan anal seks.

Melihat lilis yg sudah tak berdaya, kokom segera menjauhkan lubang anusnya dari wajahku, seraya dia menungging disamping lilis.

" Mas, sekarang entotin lubang dubur mamih.. langsung lubang dubur mamih aja ya mas, enggak usah dimemek dulu, soalnya mamih belum pernah, kalau lubang memek kan sudah sering.. ayo mas, mamih udah kepingin nih.. cepet dong mas.." pinta kokom

Kucabut batang kontolku dari anus lilis, dan kuhampiri kokom yg menungging, pantatnya yg montok tampak lebih besar dan bulat dalam posisi menungging seperti itu, kujilati sejenak, kuludahi beberapa kali seperti yg tadi kulakukan pada lilis, setelah cukup kutancapkan kontolku pada lubang anusnya, seperti juga lilis, untuk pertama kalinya kokom merintih sakit, namun tak sampai satu menit, rintihan kokom berubah menjadi rintihan nikmat.

" Aaaaaahhhh... terus mas, entotin lubang dubur mamih...aaaahhh.." ujarnya

" Enak mih.. lubang pantatnya saya entot..? enak ya mih..? " ocehku, sambil terus memompakan batang kontolku dalam lubang anusnya

" Iya mas, sedap mas...mas hendi harus ngentotin lubang dubur mamih terus ya mas, aaahhh" jawab kokom

" Lubang apanya lis yang dientot..? " tanyaku, menggoda

" Lubang dubur mamih mas, lubang pantat, lubang tai, lubang berak hi..hi..hi.." jawab lilis, sambil tertawa merasa lucu dengan ucapannya itu.

Kini tangan kananku kugunakan untuk mengobel-ngobel lubang memek kokom, sambil terus aku memompakan pantatku maju mundur, kokom tampak semakin blingsatan, basah kurasakan tanganku oleh cairan memeknya, semakin cepat kukobel-kobel jari tengah dan jari telunjukku yg sekaligus masuk dalam lubang memeknya.

Sedang asiknya aku menikmati lubang pantat kokom, iba-tiba pak engkos muncul

" Maaf mengganggu.. saya cuma mau ambil korek api saya yg ketinggalan, maaf..." ujar pak engkos, sambil membungkuk-bungkukan badannya. Sial.., pikirku, dia melihatku sedang menyodomi istrinya, namun dengan sikapnya yg masih ramah seperti itu tadi, sikap yg tak sedikitpun menunjukan rasa tidak senang atau tersinggung, aku merasa itu bukanlah suatu masalah, sepertinya pak engkos memang sudah rela istrinya diperlakukan apapun olehku, selama istrinya itu suka dan tidak keberatan barangkali. dan kalau dilihat dari ekspresi kokom saat itu, yg tentu saja juga telah dilihat oleh pak engkos tadi, adalah ekspresi kenikmatan, mungkin dalam hatinya tadi pak engkos berkata "wah, rupanya istriku suka sekali disodomi.. begitu menikmatinya dia, sukurlah kalau itu memang membuatnya bahagia" mungkin itu yg pak engkos pikirkan, semoga saja.

Beberapa menit kemudian kokom mencapai puncak kenikmatan , disertai dengan pekikan yg cukup keras, begitu banyak kurasakan cairan yg membasahi memeknya sehingga saat tanganku mengobel-ngobel memeknya berbunyi clok..clok..clokk.. akhirnya kokom diam, tuntas sudah birahinya.

Hanya selang beberapa detik, tubuhku mulai mengejang, kocokan batang kontolku dilubang pantat mamih semakin kencang, dan crottt..crott..crott.. kutumpahkan seluruh air maniku didalam lubang dubur kokom, nikmat rasanya.

Tiba-tiba lilis sudah berada disampingku, ditariknya batang kontolku yg masih menancap didalam lubang anus kokom, lalu dikulumnya dengan rakus, sepermaku yg melekat pada batang kontolku ditelannya, lalu dikocok-kocoknya batang kontolku dengan harapan masih keluar satu atau dua tetes air mani, namun setelah dirasakannya tidak ada setetespun spermaku yg keluar, tampak terlihat raut wajahnya yg kecewa, lalu terdiam sejenak, kemudian tersenyum, entah apa arti senyumnya itu, seolah-olah lilis mendapatkan suatu yg cemerlang.

Ternyata lilis mendekati lubang anus ibunya yg masih dalam posisi menungging, dari sikapnya itu aku mulai mengerti dengan apa yg akan dia lakukan.

" Tunggu lis, biar aku bantu.." ujarku.

Kusuruh lilis untuk telentang tepat dibawah pantat kokom, sambil membuka mulutnya dengan lebar, setelah itu kukorek-korek lubang anus kokom, lalu kutarik, surrrrr.. mengalirlah air maniku yg tersimpan didalam lubang anusnya, mengalir keluar dan menetes tepat kedalam mulut lilis yg menganga lebar, kembali kukorek anus kokom, keluar lagi sisa-sisa sperma dari dalam namun kali ini tidak sebanyak sebelumnya, lalu lilis menelan seluruh air maniku yg tertampung dimulutnya, setelah habis lilis bangun dan dijilatinya lubang anus ibunya itu dengan rakus untuk mendapatkan sisa-sisa spermaku yg masih melekat, sebuah aksi yg sensual bagiku, yg membuat jantungku berdebar.

" Bagaimana, enak lis..? " ujarku, sambil memasukan jari telunjukku yg masih melekat sisa-sisa spermaku kedalam mulutnya, dengan rakus lilis mengulum jari telunjukku itu.

" Enak mas, sedap..rasanya tambah enak, mungkin karna bercampur dengan bau dubur mamih, jadi lebih gurih hi..hi..hi.." jawabnya, yg langsung kukecup mulutnya itu, kurasakan aroma air maniku pada mulutnya.

Kokom yg sebelumnya masih dalam posisi menungging, kini duduk dan menghampiriku

" Mas, minta lagi dong, seperti yg tadi dikamar mandi.." pinta kokom, kulihat lilis penasaran dengan apa yg diminta ibunya itu

" Minta apa-an sih mih..? " ujar lilis

" Iya nih mamih, minta apa sih..? " ujarku, berpura-pura tak tau

" Ah, mas hendi pura-pura, itu lho, air kencing mas hendi, ayo dong mas..mamih udah kepingin nih,," ujarnya merajuk, kulihat lilis mengerutkan alisnya, sepertinya dia belum paham dengan yg dimaksud kokom.

" Oke deh..kalau emang mamih sudah kepingin.." ujarku

Tiba-tiba kokom menggulung tikar pandan yg tergelar dilantai, mungkin maksudnya agr tikar itu jangan sampai basah terkena air kencing.

"Ayo mas.. mamih udah enggak sabar nih aaaaakkkk.." ujarnya sambil jongkok dilantai dan membuka mulutnya dengan lebar, bersiap menerima kucuran air kencingku,

Aku berdiri menghadap kokom, kuarahkan batang kontolku sekitar 50cm dari mulut kokom yg menganga, memang sengaja untuk tidak terlalu dekat dengan maksud agar terlihat pancurannya, itu akan lebih sensasional pikirku, kulirik lilis yg masih melongo, dan.. suuuuurrrrr mengucurlah air maniku tepat tertuju kedalam mulut kokom yg langsung ditelannya, belum lagi habis air kencing dimulutnya tertelan, sudah banyak lagi supply air kencing yg keluar dari lubang pipisku membanjiri mulutnya, sebagian ada tumpah dilantai, sebagian membasahi wajahnya, kulihat lilis yg duduk disamping kokom tampak takjub, akhirnya berhentilah kucuran air kencingku.

" Mih.. lilis minta dong mih.." ujar lilis, sambil membuka mulutnya.

Sisa air kencingku yg masih tertampung didalam mulut kokom kali ini tidak ditelannya, seraya kokom berdiri dan membungkukan badannya sehingga wajahnya tepat berada diatas wajah lilis yg duduk sambil menganga, dimuntahkannya air kencingku dari mulut kokom kedalam mulut lilis, lilis langsung menelannya dengan rakus, sepertinya lilis belum puas, diraih kepala ibunya itu dan dikecupnya dengan rakus, sehingga mereka saling berpagutan, betul-betul aku disuguhi aksi yg erotis oleh ibu dan anak ini.

" Huuhhh...sedap mas, segaaaaarrrr..." ujar kokom

" Wah, rupanya mamih tadi sore sudah minum air kencing mas hendi dikamar mandi ya, curang enggak ngajak-ajak.." protes lilis

" Hi..hi..hi.. rahasia dong... " ujar kokom, menggoda anaknya itu.

" Bukan cuma itu lis, tapi mas hendi juga sudah minum air kencing mamih ..he..he..he.. makanya sekarang giliran mamih yg kencingin saya, sekalian kamu juga lis, biar banyak, biar mas hendi kenyang.." ujarku

Aku duduk dilantai sambil membuka mulutku lebar-lebar, siap menantikan cairan yg menurutku begitu menyegarkan mengalir masuk kemulutku dan tentunya akan kuhirup dan kuminum sepuasnya.

" Ayo dong aku udah enggak sabar nih, menikmati air kencing kalian yg segar dan nikmat itu aaaakkk.." ujarku, seraya membuka mulutku selebar yg aku bisa.

Kokom dan lilis bersiap dengan aksinya mereka berdiri tepat didepanku dengan memek yg menganga siap untuk mengeluarkan air seninya, disibakannya memek mereka dengan kedua tangannya, dan..currrrrrr.. keluarlah kucuran air kencing dari memek kokom, yg tak lama berselang diikuti oleh lilis, dua kucuran dari arah yg berbeda bermuara kesatu pusat, yaitu kedalam mulutku yg menganga lebar, langsung kutelan dengan rakus, begitu banyak air kencing yg mengucur hingga kewalahan aku dibuatnya.

" Ayo mas..minum mas.. nih mas, buat cuci muka mas, biar tambah ganteng hi..hi..hi.." ujar kokom menggodaku.

Terasa kembung perutku meminum begitu banyak air kencing dari kokom dan lilis, hingga sebagian tumpah kelantai dan sebagian lagi kugunakan untuk membasuh wajahku.

Akhirnya berhentilah aliran air kencing dari keduanya, namun dimulutku masih tertampung penuh air kencing mereka, aku berdiri dan kudekati lilis, kubuka mulutnya dengan tanganku, dia mengerti maksudku hingga dibukanya mulutnya leber-lebar dan kumuntahkan isi dari mulutku kedalam mulutnya yg dengan rakus langsung ditelannya.

" Bonus kusus dariku lis, kan kamu tadi masih kurang he..he..he.." ujarku, seraya kukecup bibir lilis

" Makasih mas, nikmat juga..tapi ini kan air kencing mamih dan lilis sendiri hi..hi..hi.." jawabnya

Bersamaan dengan itu dari televisi terdengar wasit telah meniup peluit panjang bertanda selesai pertandingan antara kesebelasan Indonesia vs Laos, Indonesia menang telak 6-0. Begitupun dengan permainan kami yg telah selesai untuk malam itu, akhirnya kamipun mandi bersama untuk membersihkan tubuh kami yg sudah berbau sedemikian rupa, bau keringat bercampur dengan bau air kencing.



*******************
Keesokan sorenya aku balik kejakarta, setelah pagi dan siang harinya aku masih menikmati pesta seks dengan lilis dan kokom tentunya, kuberikan lilis uang sebesar 300ribu, seperti yg dikatakan herman, begitupun kokom kuberikan dengan jumlah yg sama, pak engkos sebagai suami kokom yg telah merelakan istrinya kunikmati selama sehari semalam kuberikan dia 50ribu sekedar untuk beli rokok.

Hartop tua herman telah terparkir dihalaman rumah itu, lilis dan kokom mengantar kepergianku sampai aku memasuki mobil herman.

" Hati-hati dijalan mas, jangan lupa minggu depan kesini lagi ya mas.." ujar lilis, seraya mengecup bibirku

" Terima kasih banyak mas hendi, minggu depan kami tunggu.. hati-hati dijalan.." ujar kokom, juga dikecupnya bibirku, kulihat herman mengerutkan alisnya saat melihat kokom mengecup bibirku, entah apa yg dipikirkannya.

" Makasih jang..sering-sering dateng kesini ya.." teriak pak engkos, yg duduk diteras rumah.


Akhirnya mobil herman meluncur menuju Jakarta, dari kaca spion masih kulihat lilis dan kokom melambaikan tangan.

" Hen, elu koq tadi ciuman sama ibunya lilis..? " tanya herman heran, yg kujawab hanya dengan senyum.


Malam mulai menyelimuti desa X, kepergianku meninggalkan desa yg unik itu diiringi oleh nyanyian jangkrik dengan iramanya yg khas, yg selalu konsisten mereka nyanyikan disetiap malam hari tanpa pernah merubah arasemennya sedikitpun, seperti halnya dengan irama kehidupan didesa X itu, yg tetap berjalan dengan iramanya sendiri, yg tetap mereka mainkan secara konsisten, tak pernah berubah walau oleh pengaruh apapun.


Sudah hampir tiga tahun aku menjalin hubungan dengan lilis dan kokom, entah apa nama hubungan kami itu, apakah itu hubungan kekasih, hubungan asmara, ataukah hanya hubungan bisnis semata, ah, aku tak peduli dengan itu semua, yg pasti kami sudah bagaikan satu kesatuan yg tidak bisa dipisahkan lagi, bagiku mereka sangatlah lengkap, lengkap dalam artian mereka adalah penghiburku, pelayanku, tempatku berkeluh kesah dan lain sebagainya, bersama mereka jiwaku rasanya tenang dan damai, rasanya aku tak bisa hidup tanpa mereka, seolah mereka bagaikan udara dalam nafasku, terdengar klise memang.

Entah ini hanya kebetulan atau tidak, semenjak aku mengenal mereka, rejekiku mengalir dengan begitu lancarnya, minggu pertama setelah aku baru mengenal mereka, tenderku untuk perusahaan gol semua, sehingga bonus 1% mengalir dengan manis kekantongku, dan itu terjadi 3 kali dalam satu minggu, padahal sebelumnya sebulan sekalipun itu sudah untung, dan hal itu berlanjut pada hari-hari berikutnya, hingga akhirnya sekitar 6 bulan kemudian dengan modal yg ada aku beranikan diri untuk membuat perusahaan sendiri, karna aku sudah paham betul dengan cara kerja perusahaan itu, dan aku telah memiliki chanel-chanel yg bagus untuk usahaku ini, intinya aku sudah dapat “lobang”nya, sehingga hanya tinggal menjalankannya saja, semuanya pasti akan lancar, dan betul memang, dalam jangka waktu satu tahun perusahaanku mengalami kemajuan yg cukup signifikan, dan itu berlanjut sampai saat ini, kini perusahaanku telah tumbuh menjadi salah satu perusahaan yg cukup diperhitungkan, walaupun belum termasuk perusahaan besar.

Kini aku telah memiliki rumah sendiri, rumah yg cukup mewah dikawasan cibubur, aku juga memiliki beberapa bidang tanah dan beberapa rumah yg aku kontrakan, yg sengaja kubeli sekedar untuk infestasi.

Sebagai seorang bujangan yg masih muda dan cukup mapan, dan, ehemm… lumayan ganteng, sudah barang tentu banyak gadis-gadis yg ingin mendapatkan cintaku, namun tak satupun yg dapat menggoda hatiku, hati ini rasanya hanya untuk lilis dan kokom.
Bahkan herman, temanku yang dulu membawaku pertama kali kedesa X itu kini telah menikah dengan teman sekantornya, dan terakhir aku ketahui kini dia telah memiliki seorang momongan, sementara Euis “gacoan”nya didesa X dulu, kini telah menjadi istri simpanan seorang pengusaha timur tengah.
Hingga aku dengar selentingan yg beredar, yg mengatakan bahwa aku adalah seorang gay, namun aku tak ambil pusing soal itu. yg aku pusingkan adalah orang tuaku, yg setiap kali aku mengunjunginya, selalu kata itu yg ditanyakan padaku “kapan kamu menikah hen..?” “ sudah adakah calonmu hen..?” “ inget hen, usiamu sudah kepala tiga..dan kamu sudah cukup mapan..” “ hen, ayahmu sudah tak sabar tuh untuk menggendong cucu..” kata-kata itulah yg sampai saat ini membuatku bingung, apa yg harus aku lakukan? Menikahi lilis? Nyaliku masih terlalu pengecut untuk berani melakukan itu, orang tuaku tergolong orang yg selalu memandang jodoh berdasarkan bibit,bobot, dan bebet, bila mereka tau status dan dari mana lilis berasal sudah barang tentu mereka akan menolaknya mentah-mentah, bagaimana mungkin mereka rela anak yg menjadi kebanggaannya ini harus menikah dengan seorang janda yg asal muasalnyapun dari daerah yg enggak jelas.

Setahun yg lalu rumah lilis telah aku rombak total, kini berdiri rumah yg cukup manis, walaupun tidak dapat dikatakan sebagai rumah mewah, paling tidak cukup nyaman untuk acara akhir pekanku, dengan fasilitas yg aku buat senyaman mungkin, seperti pada kamar lilis yg sengaja kubuat cukup luas, beserta kamar mandi didalamnya lengkap dengan bathtube untuk kami berendam, karna dikamar itulah yg kami gunakan bertiga saat berakhir pekan disana, dan untuk pengairan kupasang pompa listrik, setelah sebelumnya menggunakan sumur timba, intinya rumah itu sudah cukup layak bagiku untuk indehoy dengan lilis dan kokom diakhir pekan, sesuai dengan angka 300juta yg aku habiskan untuk biaya pembangunannya.

Kolam ikan pak engkos kini bertambah lebar, dan ikan-ikannyapun bertambah banyak, sehingga hasil panennyapun kini meningkat, bahkan masih bisa disisihkannya untuk menabung, itu karena suntikan modal yg kuberikan pada pak engkos sekitar satu setengah tahun lalu.

Karta, kakak lilis yg sebelumnya bekerja dijakarta sebagai buruh bangunan kini kupekerjakan diperusahaanku, sesuai dengan kapasitas dan kapabilitasnya tentunya, tak mungkin aku menempatkan karta sebagi menejer atau jabatan penting lainnya, walaupun dia adalah kakak lilis. Sehingga aku pekerjakan dia sebagai pengawas gudang, kejujurannya dapat kuandalkan untuk pekerjaan itu, aku rasa itu jauh lebih baik daripada dia harus bekerja sebagai buruh bangunan dijakarta, dan sikap karta sangat hormat sekali padaku, walau sudah berkali-kali kuingatkan padanya untuk bersikap wajar saja.



********
Untuk pertama kalinya sejak hampir tiga tahun aku berhubungan dengan lilis dan kokom mereka ingin kejakarta, setelah sebelumnya akulah yg selalu datang kedesa X untuk mengunjungi mereka, alasannya adalah kokom ingin belanja dipasar tanah abang, yg menurut tetangga-tetangga disana pasar tanah abang banyak dijual berbagai pakaian dengan segala model dan dengan harga yg relative murah, untuk itulah sehingga kokom memintaku untuk mengantarnya kepasar tanah abang.

Dari desa X aku membawa lilis dan kokom meluncur menuju kepasar tanah abang, kali ini aku tidak lagi menumpang hartop tua milik temanku, kini aku telah memiliki kendaraan sendiri, seperti biasa untuk berkunjung ke desa X ini selalu aku gunakan jeep wrangler, jenis kendaraan yg handal walaupun melintasi kubangan kerbau sekalipun, walaupun dirumahku masih ada kendaraan sedan yg biasa aku gunakan untuk ketempat kerja, dan satu lagi yaitu mobil kijang inova sekedar untuk keperluan keluarga bila dibutuhkan, namun selama ini inovaku itu lebih sering menjadi penghuni garasi.

Penampilan kokom dan lilis saat ini sungguh berbeda dengan tiga tahun lalu, aku selalu menyempatkan untuk mengantarnya kesalon dikota bogor setiap kali kali aku berkunjung kesana dengan maksud untuk “memoles” penampilan mereka, mereka kini tampil lebih modis, potongan rambut kokom jauh berbeda dengan yg dulu, dengan semir rambut berwarna kemerahan dibeberapa bagian rambutnya menambah seksi penampilannya, serasi dengan celana hotpan ketat yg sebatas lutut, sehingga memperlihatkan betisnya yg putih indah, dan lekuk pantatnya yg besar tampak menyembul, dipadu dengan sandal hak tinggi menghiasi kakinya yg jari jemari kukunya diwarnai dengan cat kuku berwarna merah, begitupun kuku jari tangannya juga dihiasi dengan pewarna kuku berwarna merah muda, dan telapak tangannya itu tidak lagi kasar seperti dulu, telapak tangannya kini halus bak tangan priyayi, dan apa yg dikenakan oleh kokom dan juga lilis semua aku yg membelikannya, tentunya bukanlah dipasar tanah abang ini, melainkan kubeli digerai-gerai pakaian ternama.

Hampir dua jam kami mengubek-ubek dipasar tanah abang yg cukup ramai itu, begitu banyak sudah yg kami belanjakan, “mumpung disini mas, sekalian untuk oleh-oleh tetangga-tetangga dirumah” begitu alasan kokom. Penampilan dua gacoanku yg seksi ini menjadi perhatian beberapa lelaki disana, kulihat tatapan mereka yg nanar kearah bokong kokom yg semok atau kearah belahan dada lilis, entah apa yg ada didalam benak dan hayalan mereka, aku hanya tersenyum saja melihatnya. Aku sadar bahwa penampilan mereka terbilang terlalu hot, sehingga terkesan norak bila berkunjung kepasar tanah abang yg sumpek seperti ini dengan penampilan seperti itu, sehingga wajar bila mereka menjadi pusat perhatian laki-laki yg melihatnya, namun aku tak mempermasalahkannya.

Menjelang pukul satu siang kami memborong beberapa potong pakaian, cukup banyak juga, sampai-sampai kami harus menggunakan jasa kuli panggul untuk membawakannya hingga sampai kemobil, namun tak beberapa banyak uang yg kuhabiskan untuk itu, tak sampai 8 juta, tak apalah, toh selama inipun mereka tak pernah meminta atau menuntut macam-macam, mereka hanya menerima apa yg aku berikan, tanpa pernah protes atau meminta yg lain, apalagi berusaha untuk mengeret aku, itulah salah satu yg membuatku simpati pada mereka.

Sekitar pukul 3 sore kami tiga dirumahku dikawasan cibubur, rasa lelah berputar dipasar tanah abang yg sumpek dan padat membuat kami langsung terlelap tidur selama kurang lebih dua jam.


Selama tiga tahun aku berhubungan dengan lilis dan kokom tak sedikitpun aku merasa bosan atau jenuh dalam berhubungan seks dengan mereka, entah mengapa mereka selalu membuat birahiku bangkit, dan disamping itu pula , kami selalu melakukan berbagai fariasi dan inovasi dalam berhubungan seks, sehingga membuat kehidupan seks kami selalu bergairah. Seperti misalnya dalam setiap aku berkunjung kesana aku membawa uniform dan aksesoris dokter atau perawat yg aku beli dan di design khusus dengan model yg seksi dan ketat, lengkap dengan peralatan dokter seperti stetoskop dll, biasanya kokom berperan sebagai dokter dan lilis sebagai perawat, sementara aku sebagai pasiennya, dan untuk selanjutnya terjadilah hubungan seks sesuai dengan sekenario yg kami buat, walaupun biasanya sekenario yg kami rencanakan akan berubah oleh improfisasi kami. Atau pada minggu berikutnya aku membawa seragam sekolah SMU untuk kokom dan lilis yg juga didesign khusus dengan model yg super seksi, sementara aku berperan sebagai seorang guru, dan akhirnya terjadi hubungan seks antara guru dan murid dikamar yg telah kami buat sedemikian rupa sehingga agak mirip dengan ruang kelas. Atau aku akan membawa pakaian funk yg ekstrim itu, dan kami dandani diri kami sehingga menyerupai kaum funk lengkap dengan sepatu boot tinggi dan rambut mohak dengan menggunakan cream pengkaku rambut, dan masih banyak lagi fariasi-fariasi yg kami perankan dalam setiap kami berhubungan seks, seperti pakaian ala koboy, tentara, bahkan ala hantu, dan aku juga melengkapinya dengan berbagai alat bantu seks seperti dildo, anal bead, dll.

Seusai tidur siang aku duduk bersantai diruang tengah sambil berbincang-bincang dengan lilis, sementara kokom masih berkeliling kesekitar ruangan dirumahku, sepertinya dia sangat mengagumi dengan gaya interior rumahku ini, kulihat dia begitu antusia keluar masuk ruangan dan naik turun tangga, sesekali memegang beberapa aksesoris yg kupajang sebagai hiasan dinding atau pemanis ruangan. Setelah puas dia berkeliling dihempaskannya pantatnya disofa empuk disampingku, celana pendek ketat yg dikenakannya membuat aku terangsang, ditambah lagi lilis yg saat itu mengenakan rok pendek dan kakinya diangkat sedemikian rupa sehingga celana dalamnya terlihat, birahiku timbul, apalagi sudah satu minggu aku belum menikmati tubuh mereka, tadi pagi setibanya aku didesa X, kami langsung meluncur kepasar tanah abang, sehingga aku belum sempat melakukan apapun dengan mereka.

“ Main dokter-dokteran yuk..!” ujarku, sambil megelus-elus paha kokom

“ Iya nih mas, mamih juga udah kangen sama kontol mas hendi..” jawab kokom, sambil mengurut-urut batang kontolku yg masih terbungkus celana pendek.

“ Iya mas, memek ilis juga udah gatel nih pingin dientot, abis mamih tadi buru-buru sih, mestinya tadi sebelum berangkat kita ngentot dulu ..” ujar lilis, sambil mengelus-elus memeknya yg masih dibalut celana dalam.

Kata-kata lilis yg vulgar itu membuatku semakin terangsang, seraya kusuruh mereka untuk kekamar, untuk mengganti pakaiannya dengan seragam dokter.

“ Ayo cepat kalian kekamar, disitu sudah aku siapkan seragam kalian..” perintahku, segera mereka menuju kekamarku. Sementara aku menurunkan benda-benda yg ada diatas meja makan, termasuk taplak. Lalu kupinggirkan semua kursi-kursi yg mengelilinginya. Rencanaku meja makan ini akan kufungsikan sebagai tempat tidur pasien untuk acara dokter-dokteran yg akan kami lakoni. Dan permainan seks dokter-dokteran ini adalah salah satu lakon paforitku, dan sudah beberapa kali kami melakukannya, hingga kami sudah hafal betul sekenarionya, walaupun setiap kami melakoninya ada saja improfisasi yg kami lakukan, sehingga melenceng dari scenario sebelumnya, namun itu justru yg aku suka.

Tak lama kemudian dokter dan perawat palsu itu tiba, seragam dokter kokom dengan rok mininya yg super ketat sehingga memperlihatkan lekuk pantatnya yg besar, begitu pula dengan bajunya yg ngepres memperlihatkan pusarnya serta belahan buah dadanya yg tentu saja sudah tidak lagi memakai BH, seperti halnya juga dia tak memakai celana dalam, dipadu dengan sepatu hak tinggi serta make up yg seksi dan mencolok, sehingga sosok kokom berubah menjadai sosok dokter yg menurutku adalah dokter paling seksi didunia, plus dengan stetoskopnya yg tergantung dileher. Begitupun lilis dengan seragam susternya, yg tak jauh berbeda dengan kokom, hanya lilis memakai topi khas suster dengan lambang palang merah, dan dileher lilis tidak tergantung stetoskop.

Aku rebahkan diriku telentang diatas meja makan, kugunakan bantal sofa untuk alas kepalaku.

“ Apa keluhannya pak..? “ tanya kokom, layaknya seorang dokter sungguhan

“ Lemas dok, kurang bergairah..” jawabku, seraya kokom menempelkan stetoskop pada dadaku, yg kiri dan kanan, tiba-tiba dikerutkan alisnya sepertinya “sang dokter” mendeteksi adanya yg tidak beres dengan tubuhku, kemudian ditempelkannya lagi stetoskopnya seolah ingin meyakinkan. benar-benar acting yg menawan si kokom ini, begitu natural, tidak kaku atau tampak seperti dibuat-buat, mungkin karna hobinya menonton acara sinetron barangkali, dan kuakui kokom memang memiliki bakat terpendam dalam seni peran. Berbeda sekali dengan beberapa pemain sinetron pendatang baru yg hanya bermodalkan tampang saja namun dengan kualitas acting yg memprihatinkan.

“ Coba tarik nafasnya yg dalam ya pak..iya, tahan… sekarang hembuskan.. sekali lagi..” perintah kokom, yg juga aku turuti. Beberapa saat kemudian kokom menarik nafas panjang, seolah seolah hasil dari pemeriksaannya padaku mendapatkan hasil yg buruk, atau aku dinyatakan positif menderita penyakit tertentu.

“ Aduuhhh… sayang sekali pak, bapak terlambat memeriksakan diri bapak, penyakit bapak telah mencapai pada stadium yg menghawatirkan..” ujarnya lesu

“ Lalu bagaimana dok, apa masih bisa disembuhkan..? “ jawabku, dengan ekspresi wajah berpura-pura tegang tentunya, walaupun actingku tidak sebaik kokom.

“ Akan saya coba pak, doakan saja semoga cara kami membuahkan hasil, sekarang coba buka semua pakaian bapak..” perintah kokom

“ Semuanya dok..? “ tanyaku

“ Iya semuanya, telanjang..” ujar kokom, seraya kulucuti semua pakaianku hingga bugil.

“ Sekarang kami akan coba melakukan terapi dengan cara kami, kami harap bapak tetap koorporatif dan mengikuti setiap sesi terapi yg kami lakukan, dan jangan banyak protes, karna itu justru akan berdampak lebih buruk bagi kesehatan bapak.. tapi kami tetap yakin bahwa metode kami ini adalah yg terbaik untuk bapak, dan saya yakin akan bisa berhasil selama bapak tetap koorporatif tentunya..” terang sang dokter, sungguh luar biasa, begitu fasih sekali kokom dengan dialog itu, yg sebenarnya memang aku yg membuat skenarionya, tapi aku tak menyangka kalau dia dapat menghafal dan mengucapkannya dengan sesempurna itu, mungkin seorang sutradara film tak akan terlalu repot mengarahkan bila artis-artisnya sehebat kokom ini, karna kokom sangat bisa menjiwai peran yg dia mainkan.

“ Suster..coba kamu tempelkan memek kamu kemulut bapak ini..” perintah kokom pada lilis, seraya sang perawat palsu itu naik keatas meja makan, lalu berdiri mengangkangi wajahku, disingkapnya rok mini yg membungkus pantat seksinya, tampaklah memeknya karna memang lilis sudah tidak memakai celana dalam sebelumnya, lalu lilis jongkok sehingga memeknya tepat berada didepan mulutku.

“ Ayo pak, bapak jilatin memek saya, biar cepat sembuh..” ujar lilis manja, sambil tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya dengan genit, membuat aku begitu gemas hingga kugigit pelan klitorisnya yg mencuat bagaikan kacang , yg membuatnya sedikit terpekik.

“ Aaawwww.. ih, bapak nakal ya, disuruh jilatin memek koq malah gigit itil suster sih..” ujarnya.

Kini mulai kujilati seluruh area memek lilis, hingga lidahku kugelitik-gelitik sampai kedalam lubang senggamanya, kulihat lilis tampak merintih kenikmatan dengan aksiku itu.

“ Zzzzzz..aaaahhh… iya terus paaakkk… terus jilatin memek suster, biar bapak cepet sembuh ya pak aahhh..” rintih lilis sambil kedua tangannya meremas-remas rambutku, sementara itu kulihat kokom dengan buku dan pulpen ditangannya sedang mengamati aksi kami, wajahnya tampak begitu serius, tak terkesan sama sekali kalau dia sesungguhnya sedang berakting, sesekali ia menuliskan sesuatu dibukunya itu, persis bagaikan seorang ilmuan yg sedang melakukan penelitian ilmiah, “macam betul saja kau, kokom..” dalam hatiku tertawa.

“ Suster.. selanjutnya kamu berikan anus kamu..” perintah kokom supaya lilis menyodorkan lubang anusnya untuk aku jilat. Seraya kokom menyibakan lubang duburnya itu dengan kedua tangannya, sehingga lubang anusnya tampak menganga tepat didepan hidungku, aromanya yg khas membuatku semakin bernafsu.

“ Ayo pak.. sekarang bapak jilatin lubang anus saya ya pak..” ujar lilis dengan mesra, masih dengan gaya genitnya yg menggemaskan.

Kujulurkan lidahku pada anus lilis yg tepat berada dihadapanku itu, kujilati dengan rakus, kutusu-tusuk lidahku hingga menembus kebagian dalamnya, tampak lilis mengelinjang-gelinjang nikmat.

“ Aaaaaaaahhhhh…terus pak, jilatin lubang anus suster, lubang tai suster.. aaaahhhh bapak pinter deh, aaahhh pasti bapak cepat sembuh nih…aaaahhhh..” ujar lilis, semakin bernafsu aku mendengar ocehan vulgar suster palsu itu.

“ Ayo suster, sekarang kamu ubah posisi, sekarang kamu membelakangi pasien..” perintah kokom kepada lilis, seraya lilis membalikan badannya memunggungiku, sehingga kini aku dapat melihat bokongnya yg bulat, dan masih kujilati lubang anusnya itu.

“ Sekarang kamu menunduk dan kamu hisap kontol pasien..” perintah kokom pada lilis

Sambil aku masih menikmati lubang anus lilis, kini lilis mengoral batang kontolku, sehingga kini kami melakukan posisi 69.
Kulihat tangan kanan kokom menjambak rambut lilis, sementara tangan kirinya digunakan untuk memegang tengkuk lilis sambil mendorong-dorongkannya kebawah, sehingga batang kontolku tandas masuk sampai kepangkal tenggorok lilis.

“ Iya kamu hisap yg dalam suster.. seperti ini.. iya..terus iya.. tahan…iya..” ujar kokom sambil mendorong-dorong tengkuk lilis, dan menahannya beberapa saat saat seluruh batang kontolku masuk seluruhnya didalam mulut lilis, tampak air mata lilis mulai menetes, karna ujung kontolku yg menyentuh tenggorokannya, begitu banyak air ludah lilis yg kental menetes dari sela-sela bibjirnya, hampir muntah lilis dibuatnya oleh aksi kokom itu.

“ Ayo suster, sekarang kamu tumpahkan air ludahmu itu kedalam mulut pasien…” perintah kokom, dibimbingnya lilis kearah wajahku dengan cara menjambak rambutnya, dan tangan satunya masih memegang tengkuknya, lilis hanya mengikuti tuntunan kokom.

“ Coba buka mulut bapak yg lebar..” perintahnya, kuturuti apa yg diperintahkan kokom, kubuka mulutku lebar-lebar.

Dan, tumpahlah cairan ludah kental dari mulut lilis kedalam mulutku, kureguk dan kutelan dengan rakusnya, sesuatu yg sebenarnya amatlah menjijikan bila dipikir dengan akal sehat, tapi tidak disaat aku sedang menikmati seks seperti ini, disaat jiwaku sedang dipenuhi oleh nafsu birahi seperti ini hal menjijikan seperti itu justru membuatku semakin bergairah, semakin terbuai, apalagi oleh wanita-wanita cantik dan seksi seperti lilis dan kokom ini, rasanya segala yg dikeluarkan dari dirinya selalu ingin kureguk habis (kecuali tainya tentunya..he..he..he..).

“ Bagus pak.. telan semua, itu bagus untuk mengembalikan stamina bapak agar lebih segar…” ujar kokom.

“ Coba suster, sekarang kamu masukan kontol bapak ini dalam memek kamu ya.. kamu lakukan dari atas sambil berjongkok…” perintah kokom kepada lilis

Segera lilis mengangkangi tubuhku, diposisikan dirinya berjongkok diatas batang kontolku yg berdiri tegak, lalu digenggamnya batang kontolku sambil dibimbingnya kearah lubang senggamanya, dan bless…masuklah seluruh kontolku.

“ Ayo suster, kamu entot kontol bapak ini yg keras… “ ujar kokom kepada lilis yg langsung diikuti oleh lilis.

nikmat rasanya setelah satu minggu kontol ini belum merasakan nikmatnya lubang-lubang memek mereka, hingga sedikit mataku terpejam menikmati goyangan pantat lilis yg naik turun memompakan batang kontolku.

“ Bagaimana pak… enak kan..? simulasi ini berfungsi untuk melancarkan peredaran darah bapak agar kembali seperti sediakala…” terang kokom, yg tentunya kata-kata itu sudah tertulis dalam sekenario yg kubuat, yg sudah dihafal mati oleh “dokter palsu” ini.

Sementara lilis dengan gencar memompa batang kontolnya dengan posisi WOT, kokom yg sedari tadi hanya bertindak sebagai “mandor” kali ini mulai naik keatas meja dan berjongkok tepat diatas wajahku, sehingga dari bawah kulihat belahan memeknya yg merekah sudah mulai basah oleh cairan birahi, dan aahh.. aroma khasnya itu yg membuatku semakin bernafsu.

“ ayo pak, sambil kontol bapak dintot oleh suster, bapak jilati memek saya pak…” perintahnya, yg segera kuraih pantat montok yg tepat berada diatas wajahku itu, dengan rakus kubenamkan mulutku kedalam liang senggamanya, sementara lidahku mulai lincah bergerilya didalamnya menjilati seputar area memek kokom.

Dengan kokom berjongkok diatas wajahku praktis kini kokom berhadap-hadapan dengan lilis yg sedang mengentot batang kontolku dengan posisi WOT, terinspirasi dari tayangan film porno yg sering ditonton oleh kokom, yg memang sengaja sering aku bawa dvd-dvdnya dari Jakarta, membuat kokom tanpa canggung mengecup dengan mesra bibir putri kandungnya itu, yg oleh lilis juga disambut dengan tak kalah hotnya, sehingga terjadilah adegan lesbi yg hot dari ibu dan anak itu, hal yg membuat gairahku semakin bangkit tentunya.

“Ayo pak.. jilatin lubang anus saya…” ujar kokom beberapa menit kemudian setelah puas memeknya menerima jilatan lidahku, seraya agak digeser sedikit posisi pantatnya sehingga lubang anusnya tepat mengarah pada mulutku, dengan rakus kujilati lubang anus kokom, aroma khasnya membuatku bertambah bersemangat, sesekali kusedot-sedot seluruh permukaan duburnya yg membuatnya bergelinjang-gelinjang menahan geli.

Sementara lilis masih dengan tandas menaik turunkan bokongnya mengocok batang kontolku sambil tetap berpilin lidah dengan kokom.

Hampir sepuluh menit kami berasik masuk dengan posisi seperti ini, untuk kemudian kokom meminta untuk bertukar posisi dengan lilis.

“ Baik suster, sekarang biar saya yang mengentot kontol pasien, sekarang suster yg duduk diwajah pasien…” perintah kokom kepada lilis.




Description: Kisah Menikmati Bergilir Tubuh Gadis Desa Yang Montok-Montok Nikmat - [Part 4]
Rating: 4.7
Reviewer: Ratna S
ItemReviewed: Kisah Menikmati Bergilir Tubuh Gadis Desa Yang Montok-Montok Nikmat - [Part 4]

Blog dewasa untuk anak dewasa aja ya, yang masih kecil ngumet di bantal dulu aja ntar kalau udah gede dan pada udah punya pendamping hidup silahkan main lagi ke sini, OK OK. dan sekarang kalau kalian masih merasa kesil ya monggo keluar dulu dari blog ini.